icontech-rusydi-memberi-sambutan

Dalam perkembangannya melalui tekad dan usaha yang kuat, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bone akhirnya bertransformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone bersama dengan STAIN Pare-Pare menjadi IAIN Pare-Pare bertempat di Pare-pare pada 19 November lalu.

Sebagai wujud rasa syukur atas perubahan status tersebut dan untuk membuat masyarakat luas tahu bahwa sekarang sudah berubah menjadi IAIN Bone, perguruan tinggi negeri tersebut mengadakan konferensi bertaraf internasional di Arthama Hotel, Jl. H. Bau No. 5 Makassar. Nama kegiatan ini adalah ICONSITECH 2018 (International Conference on Social Sciences and Technology).

Selaku General Chair of ICONSITECH 2018, Dr. Muhammad Rusydi dalam sambutannya merasa sangat bersyukur dengan terlaksannya kegiatan tersebut. “Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman akademisi, dosen dan peserta lainnya karena antusias mengikuti konferensi internasional ini”, ujarnya. “Kegiatan ini bekerjasama dengan beberapa universitas -selain IAIN sendiri- , di antaranya Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,  Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Negeri Malang dan Universitas Muhammadiyyah Mataram”, tambahnya.

Selain Muhammad Rusydi, rektor IAIN Bone pun menuturkan mengenai visi dari IAIN Bone yang diambil dari falsafah Bugis, “Visi dari kampus kami itu tak lepas daripada daerah kami yang mayoritas Bugis, yaitu Sipakatau, Sipakainge’, dan Sipakalebbi yang berarti memanusiakan sesama manusia, saling mengingatkan dan saling menghargai.  Selain itu, visi kami juga tak luput dari 4K, berkualitas, berakhlak, berkelanjutan, dan berkesesuaian”, ucap Prof Dr. A. Nuzul S. H., M. Hum.

Konferensi yang berlangsung selama 2 hari yakni tanggal 24-25 November 2018 ini dibuka secara resmi oleh Kepala Sub Penelitian Direktorat RI, Dr. Suhendi. Namun sebelum menabuh gong, beliau memberikan penjelasan bahwa perguruan tinggi yang baik itu tidak seperti TOSERBA (Toko Serba Ada) tapi yang profesional dan berkarakterisitik. “Kenapa? Percuma di dalam kampus ada kedokteran, ada hukum, ada pertanian, teknik dan sebagainya kalau kualitasnya tidak ada. Lebih baik sedikit tapi kualitasnya nampak”,tambahnya.

icontech-antusias-civitas-akademika-ipi

Kegiatan dengan tema “Transforming Social Sciences and Technology: Opportunity and Challenge” ini dihadiri oleh peneliti, akademisi, praktisi, serta mahasiswa dari perguruan tinggi berbeda-beda, terdiri dari 40 dosen, staf dan mahasiswa dari Institut Parahikma Indonesia yang juga turut meramaikan event tersebut. Selain itu, kurang lebih terdapat 100 peserta konferensi dari instansi lain yang juga antusias hadir dalam kegiatatan ICONSITECH yang pertama ini.

Pun  tak kalah menariknya, terdapat beberapa keynote speaker yang datang dari luar negeri dan dalam negeri sebagai pengisi konferensi, yaitu  Assoc. Prof. Kamaluddin Nurdin Marjuni (Univerisiti Sains Islam Malaysia), Assoc. Prof. Dr. Mohd Sanusi bin Azmi (Universiti Teknikal Melaka, Malaysia), Dr. Syekh Mohammad Al- Husaini Farj (Al-Azhar University Cairo, Mesir), dan Dr. Arifuddin, Lc. MA. (UIN Alauddin Makassar).

Terdapat 35 paper yang lolos proses blind review dari sekian banyak paper yang di-submit melalui essay chair yang nantinya akan diarahkan pada publikasi internasional terindeks. Diharapkan konferensi ini meningkatkan motivasi para peneliti dan calon peneliti terhadap objek observasi nanti.

Oleh : Yuda Al-Awwam

Author

Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13 + one =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.