TAGS: kegiatanmahasiswa

kita bhinneka 2Makassar, 05 Februari 2019 tepat di hari Selasa berlokasi di Jl. A. Pettarani, Ruko The Sulthan Lt.4 tepat pukul 13.00 – 17.00 WITA. KITA Bhinneka Tunggal Ika memperkenalkan ruang filosofi KITA yang dibarengi dengan screning film bertema perdamaian dan anti kekerasan (East Cinema).

Menurut bintang tamu, M. Aan Mansyur” Buku adalah forum intelektul yang bisa membuat orang naik kelas, dan buku bisa menambah informasi baru bagi teman- teman yang  selalu membaca, banyak kalangan yang belum mengetahui kata – perkata dikarenakan kemalasan membaca, untuk kalangan anak – anak kita harus mulai memperkenalkan kata demi kata.

Di Amerika sekarang banyak sekali anak yang tidak tahu membaca, karena semua menjadi visual, membaca itu sebetulnya urusan berfikir, kalau sesuatu yang konseptual itu mau di capture dengan kata-kata membutuhkan kemampuan untuk berfikir. Ada 2 persoalan yang tidak bisa dibedakan antara sejumlah orang tidak mau membaca dan orang yang tidak tahu membaca keduanya sama. Manusia modern sekarang yang dibutuhkan itu dua hal yang pertama ingin dikenal, kedua butuh relasi atau koneksi, dimana yang berhasil menyatukan keduanya ialah benda yang bernama instagram itulah yang menyebabkan kita suka selfi dll, perpustakan itu ialah ruang yang tidak berbahaya. Kita bisa menguji coba banyak hal karena tidak mebahayakan, perpustakaan bisa menjadi ruang untuk kita belajar demokrasi, budaya lisan saat ini sudah kembali, karena cara lisan itu adalah cara pertama sebelum ditemukan dunia membaca dan tulisan, papar Aan.

Pada film pertama, The Pianist Of Yarmouk, termasuk kategori film dokumenter berisi tentang perjalanan seorang pemuda yang menceritakan tentang kehidupannya di negaranya sendiri yang berisi tentang konflik luar biasa hingga membuatnya imigrasi ke negara eropa tepatnya di Jerman dan di sana dia membuat sekolah musik dan mengembangkan bakatnya di alat musik piano dimana hal tersebut tidak bisa ia dapatkan di negaranya sendiri, dan menghibur mereka yang juga mengalami hal yang sama dengan music.

Pada film kedua, Mary Mother, menceritakan bagaimana perjalanan seorang ibu yang rela dan nekad untuk mencari anaknya yang sedang bertugas di negara lain, film ini menggambarkan bagaimana ketulusan dan sosok ibu yang begitu luar biasa dalam kehidupan kita ini begitu besar jasa-jasa untuk anak-anaknya.

Sementara pada film ketiga, berjudul Dyab, berisi tentang konflik yang terjadi di suatu negara yang tidak hanya menyerang orang tua pemuda yang bahkan juga-anak- ank dimana anak tersebut memerankan seluruh konfklik yang terjadi di negaranya itu dengan membuat suatu film yang ditampilkan di depan orang- orang meskipun begitu berat perjuangan yang mereka harus lalui.

Menurut kak Kemal “Seperti halnya buku film juga bisa membantu kita untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda, walaupun didalam perfilman tersebut dikemas secara amatir tapi itu semuanya tersampaikan dengan baik.  Film-film tersebut mengandung banyak nilai yang dapat kita petik yakni mengenai bagaimana itu radikalisme, intoleran, menggali nilai demokrasi dan budaya patriarki, dan personal factor.  Ada baiknya film – film yang seperti ini di putarkan di di stasiun televisi agar kita semua bisa tahu apa yang terjadi di luar sana, saran untuk kedepannya konfliknya dikurangi, dan kebaikannya serta nilai toleransi lebih ditingkatkan.

kita bhinneka 1

Diantara para peserta diskusi, terdapat dari beberapa komunitas yang ada di Makassar ini, ada 6 orang perwakilan dari Institut Parahikma Indonesia (IPI) yang berdomisili di Gowa, dan Kampus 2 nya di Antang, Makassar. Ketua  UKM JPC (Mursyidin Yusuf) sekaligus anggota dalam komunitas KITA Bhinneka Tunggal Ika, koordinator devisi jurnalistik UKM JPC (Emi Sri Rahayu Fatimah) dan beberapa anggota UKM JPC lainnya yakni (Irfan Arfandi, Fauzan, M.Basyair S, dan Maulidatul mukarramah). Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini demi menambah wawasan tentang keagamaan toleransi, perdamaian, dan anti kekerasan  di seluruh kalangan  masa kini hingga yang akan datang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, semangat persatuan dalam nuansa multikultural tetap terjaga.

 

Penulis : Emi Sri Rahayu Fatimah

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ten + 5 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.