Menjadi mahasiswa tidak
cukup hanya dengan memiliki kecerdasan kognitif semata, tetapi harus juga
diimbangi dengan karakter yang terpuji dengan meneladani karakter sang Uswatun
Hasanah “Rasulullah SAW”. Kullukum Rai’n
wa kullukum mas’ulun ani’raiiyati… setiap-setiap diri kita adalah pemimpin,
dan tiap-tiap dari kita akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kita
pimpin.
Jumat – sabtu (25-26
Oktober 2019), Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam,
menyelenggarakan Student Leadership
Training yang melibatkan seluruh mahasiswa baru prodi PAI angkatan tahun
2019, bertempat di Benteng Somba Opu, rumah adat Sidrap.
Acara ini berjalan
dengan lancar dan kondusif. Selain acara formal, kegiatan ini juga diselingi
dengan games, dan pastinya dengan tidak meninggalkan kewajban sebagai ummat
islam yakni solat 5 waktu.
Kegiatan Student Leadership Training dengan Tema
“Menumbuhkan karakter kepemimpinan PAI
yang disiplin berintelektual di Era Milenial“ bertujuan untuk membentuk
karakter para mahasiswa baru agar memiliki karakter pemimpin, displin, dan
berintelektual dengan harapan dapat membawa dampak dan perubahan positif baik
bagi pribadi dan lingkungan mereka.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh seluruh pengurus HMPS PAI yang diharapkan nantinya bisa mengemban tugas selaku pemimpin organisasi intra kampus dan menjalankan amanah khususnya pada Prodi Pendidikan Agama Islam.
Salah satu kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa adalah Taurungka Taulolo. Tiap tahunnya, kegiatan tersebut dihelat dengan meriah. Tahun ini ada 3 mahasiswa Institut Parahikma Indonesia yang menjadi bagian dari event besar ini. Mereka adalah Syahril dari Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Rafika Mustakimah Wardah dari Prodi Tadris Bahasa Inggris dan Ilham Anandar dari Prodi Ekonomi Syariah.
Syarat dari
kegiatan ini adalah warga Indonesia yang berdomisili di Sulawesi Selatan,
berusia 16-24 tahun dan belum menikah, mempunyai wawasan luas tentang
pariwisata dan kebudayaan Gowa dan lain-lain. Pendaftaran Taurungka Taulolo ini
dibuka pada 19 Agustus lalu dan berakhir pada 07 Oktober 2019. Adapun yang
peserta harus lampirkan adalah sebagai berikut :
Peserta wajib mengirim
foto close, tampak samping dan seluruh badan dengan menggunakan pakaiani Office Style.
Mengumpulkan fotocopy
KTP/KTM/SIM serta fotocopy piagam penghargaan.
Menulis essay dengan
teman “Aku Duta Wisata”.
Alasan menjadi peserta.
Surat izin dari orang
tua/wali
Setelah memenuhi persyaratan, peserta diseleksi
dengan sangat ketat serta mengikuti tes tertulis, deep interview, talent show
dan kompetisi orasi kemudian dikarantina selama 4 hari 3 malam di Malino. Di
sana peserta menjalani tahap interview dan orasi yang di mana mereka telah
dibagi ke dalam 12 pasangan Taurungka Taulolo.
Syahril mewakili Kecamatan
Tinggimoncong, Ilham mewakili kecamatan Tompobulu, dan Rafika mewakili
Kecamatan Biringbulu. Kegiatan ini tak
hanya kegiatan tahunan tapi juga sebagai peringatan “Hari Jadi Gowa”. Rafika
yang mengambil Prodi TBI tersebut merasa sangat bersyukur saat dirinya
dinobatkan sebagai Taulolo Terfavorit 2019. Ia tidak menyangka bisa sampai
sejauh itu. “Semua itu tak lepas dari rencana Tuhan dan support keluarga, teman-teman dan civitas akademika
IPI. Apalagi saya belum berbakat dan tidak punya badan yang tinggi”, tuturnya. Menjadi
finalis 6 besar itu menjadi kebahagiaan tersendiri buatnya. Ia juga mengatakan
bahwa dirinya bangga bisa menjadi bagian dari IPI. “IPI menjadi salah satu
wadahku berproses. Terima kasih IPI yang telah memberiku bekal komunikasi dan
penguasaan bahasa yang baik,” imbuhnya.
Tak hanya mahasiswa cantik IPI yang
menjadi finalis, Ilham Anandar juga berhasil menjadi finalis dan mendapatkan
Predikat Best Fotogenic 2019. Ia bisa mendapatka predikat tersebut dari kerja
kerasnya. Penghargaan ini dinilai berdasarkan pose terbaik saat pengambilan
gambar, berbekal public speaking yang
mumpuni serta pemahaman kepariwisataan yang luas, khsususnya Gowa. ”Saya sangat
berterima kasih kepada semua teman-teman yang mendukung saya, para dosen dan
staf IPI hingga terpilih sebagai finalis Taurungka Taulolo 2019”, ucapnya. “Saya
harap ini bukanlah akhir dari segalanya, tapi awal dari sebuah perjuangan”,
tambahnya.
Mahasiswa IPI lainnya yang juga melaju ke babak 6 besar adalah Syahril, mahasiswa MPI semester 7. Sama dengan peserta lainnya, ia juga menjalani seleksi yang ketat, mulai dari pendaftaran hingga proses karantina berakhir. Ia adalah finalis yang berhasil menduduki puncak. Ia dinobatkan sebagai Juara 1 Taurungka Taulolo 2019. Ia mengungkapkan bahwa mungkin sulit meniti jalan menjadi pemenang namun ia percaya bahwa dengan kerja keras ia dapat menuai hasil. Doa dari orang tua dan juga support dari teman-teman menjadi alasan terbesar atas pencapaiannya.
Ia berharap dengan pencapaiannya itu bisa membawa nama Kabupaten Gowa ke tingat Provinsi, bahkan Nasional serta dapat menjadi kabupaten panutan di Indonesia, khususnya bagi para pemuda-pemudi. “Saya juga berharap bisa menjadi penyambung lidah dari pemerintah ke masyarakat begitupun sebaliknya sehingga ada komunikasi timbal balik antar keduanya”, ujarnya. Ia juga ingin turut andil untuk memperkenalkan pariwisata dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Gowa pada kancah nasional maupun internasional apalagi dengan bekal Bahasa Inggris yang diperoleh di IPI. Lagipula, kampus 1 IPI juga terletak di Paccinongan, kabupaten Gowa bisa menjadi icon pendidikan yang bisa diperkenalkan di seantero Nusantara.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa(i)
Insititut Parahikma Indonesia juga diharapkan bisa menjadi bagian kegiatan ini
di tahun mendatang dan mampu bersaing dengan mahasiwa baik dari universitas
negeri maupun swasta yang ada di Sulawesi Selatan.
Kegiatan Indonesia language competition for refugees untuk memperingati International Peace Day ini diadakan oleh PKPU Human Initiative dan UNHCR. Kegiatan ini di hadiri Dinas Sosial, perwakilan dari Walikota Makassar, ketua PKPU Human Initiative Sulawesi Selatan, ketua UNHCR Sulawesi Selatan dan beberapa organisasi yang ada di Makassar.
Tujuan
diadakannya event ini sebagai puncak dari pembelajaran untuk para pengungsi
asing selama 9 bulan belajar bahasa Indonesia dan juga membantu mereka untuk
berinteraksi dengan masyarakat di Indonesia serta meningkatkan persaingan dalam
lomba berbahasa indonesia yang mencakup beberapa item lomba seperti speaking, writing, dan listening.
Ketua PKPU Human
Initiative mengatakan sangat bangga dengan event ini dan berterima kasih kepada teachers yang telah mengajar refugees berbahasa indonesia serta
sukses dalam menjalin kerjasama dengan pihak UNHCR selama 9 bulan.
Kegiatan yang
diadakan di Shopie Paris Veteran Utara pada tanggal 24 september 2019 silam.
ini dimeriahkan pula oleh beberapa penampilan baik dari lokal dan penampilan
dari refugees seperti Tarian Padupa dari Mahasiswi-mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Makassar, tarian dari anak-anak refugees, penampilan alat musik tradisional Afganistan dan
penampilan stand up komedi dari mahasiswi Institut Parahikma Indonesia saudari
Besse Nagawati.
Adapun teachers nya dari berbagai perguruan
tinggi di Makassar dan dua dari teachers berasal
dari Institut Parahikma Indonesia jurusan Ekonomi Syariah yakni Hardiansyah dan
Muhammad Ilham.
Hardiansyah
mengatakan bahwa untuk lolos menjadi seorang teacher bukanlah hal mudah karena harus melalui beberapa tahap
seleksi seperti isi formulir pendaftaan, tes wawancara full english, training of trainer, dan observasi lokasi dan students.
Adapun untuk
pemenang dari event Indonesia competition
ini dari refugees Afganistas dan mendapatkan hadiah berupa uang tunai dan
beberapa perlengkapan kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa
IPI yang terlibat sebagai pengajar di tempat ini sudah terbiasa mengajar bahasa
inggris karena dikampus mereka digembleng untuk mengikuti program intensifikasi
bahasa inggris selama 3 tahun, mulai dari Basic English hingga TOEFL untuk
seluruh prodi yang ada di institut ini.
Komentar Terbaru