PEMBEKALAN DAN PELEPASAN MAHASISWA PPL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IPI

PEMBEKALAN DAN PELEPASAN MAHASISWA PPL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IPI

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) mengadakan program yang diperuntukkan bagi para akademisi berupa praktek pengalaman lapangan (PPL) pada hari Jum’at (18/02/2022). Berdasarkan kurikulum KKNI, PPL ini bertujuan untuk melatih kompetensi pendidik dan supervisi manajemen mahasiswa/i yang berkecimpung di dunia pendidikan. Kegiatan pembekalan tersebut dihelat di aula Kampus 1 Institut Parahikma Indonesia (IPI), Jl. Mustafa Dg. Bunga no. 191, Paccinongan, Gowa.

Para praktikum PPL ditempatkan oleh pihak birokrasi Fakultas di sekolah-sekolah baik di tempat yang sudah melaksanakan MoU dengan pihak fakultas maupun yang sementara diberikan pengajuan untuk bekerjasama. Adapun prodi di bawah naungan FTK yang diwajibkan PPL adalah prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dalam pembukaan, Warek 1, Prof. Yaumi berpesan bahwasanya seluruh mahasiswa/i yang bertugas di PPL adalah duta kampus. Apa yang diucapkan dan dilakukan adalah cerminan almamater. Wadek II, Takdir, S,Pd.I., M.Pd.I juga menyampaikan pentingnya efektifitas dan efisiensi dalam berkomunikasi yang dikemas dengan Etika. Dekan FTK pun menekankan, “sebagai pendidik maupun orang yang berkecimpung di manajemen, seseorang perlu memperhatikan tutur kata, sikap sebagai cerminan inner capacity, dan tunjukkan skill profesionalisme di bidang masing-masing semaksimal mungkin, karena semua itu menjadi tolok ukur penilain publik bagi diri kita”.

Setelah rangkaian acara pembukaan, mahasiswa/i dibekali para materi-materi penting yang berguna selama observasi dan praktek di lapangan. Materi-materi yang diberikan antara lain; Teknis pelaksanaan dan penyusunan laporan PPL oleh Wadek I, Sri Mulyani, S.S., M.Pd., Pembuatan RPS oleh Kaprodi PAI, Mutammimal Husna, S.Pd.I., M.Pd.I, materi administrasi dan supervise pendidikan yang diutarakan oleh Ketua LPM IPI, Nurhikmah, S.Pd.I., M.Pd.I, dan materi Etika Komunikasi dibawakan oleh Kaprodi TBI, Aminah, S.Pd.I., M.Pd.

Lokasi PPL dimana mahasiswa praktikum ditempatkan adalah MA dan MTs Guppi, MA dan MTs Ash-Shalihin, SMPN 2 Sungguminasa, untuk prodi TBI, MPI, dan PAI, dan Kantor KEMENAG Gowa (khusus mahasiswa/i MPI). Para mahasiswa didampingi oleh dosen pendamping lapangan (DPL) menuju lokasi masing-masing pada minggu selanjutnya, Senin – Selasa (21-22 Februari 2022). Setelah rangkaian acara pembukaan dan penyambutan, mahasiswa PPL dipertemukan dengan guru pamong masing-masing.

Untuk mahasiswa prodi TBI dan PAI akan melakuakn observasi terkait kebiasaan yang ada di sekolah, manajemen, metode mengajar yang dilakukan guru pamong, penyusunan RPP selama 2 minggu pertama, dan malanjutkan praktek mengajar pada 2 minggu terakhir sebelum penarikan bulan depan. Sedangkan mahasiswa daro prodi MPI akan melakukan supervise terkait administrasi dan manajemen di beberapa instansi seperti sekolah dan Kantor KEMENAG Gowa.

Disela acara pembukaan pada Sekolah MTs dan MA Guppi, perwakilan pihak FTK dan Yayasan Pendidikan Pesantren Modern Cendekia PERUHITA melaksanakan serah terima MoU yang menaungi sekolah tersebut. Pihak FTK IPI elah melakukan kerjasama dengan banyak instansi dan fol-up melalui berbagai kegiatan PPL, KKN, workshop, seminar, dan sebagainya guna persiapan rekreditasi mendatang.

Diharapkan dari program PPL yang dilakukan selama sebulan tersebut, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Parahikma Indonesia, mahasiswa mampu melejitkan potensi intellectual intelligence, emotional intelligence, dan spiritual intelligence pada lembaga atau instansi yang mereka tempati.

Perjalanan Mahasiswa IPI di Amerika Serikat dalam Program Student Exchange

Perjalanan Mahasiswa IPI di Amerika Serikat dalam Program Student Exchange

Andi Iqram Anas dari prodi Tadris (Pendidikan) Bahasa Inggris terpilih menjadi penerima beasiswa pertukaran pelajar internasional dalam Program Undergraduate Exchange (UGRAD) oleh AMINEF. Di awal tahun 2022, Iqram mulai menginjakkan kaki di Amerika Serikat, Otterbein University, Westerville, dan semua ditanggung gratis oleh kedutaan Amerika tanpa sepeser pun uang pribadinya dikeluarkan hingga dia kembali ke Indonesia di bulan Juni mendatang.

Bukan hal mudah bersaing dengan seluruh mahasiswa dari kampus negeri maupun swasta ternama se Indonesia untuk menjadi finalis ajang UGRAD ini, tetapi demisioner Ketua HMPS Prodi Tadris Bahasa Inggris ini mampu membuktikan bahwa kampus baru bukanlah penghalang untuk berhasil maju ke kancah internasional.

Selama di negeri paman Sam, Iqram, mahasiswa semester akhir ini mengambil 4 mata kuliah (courses) diantaranya Skill of teaching profession course yang bertujuan untuk menjadi pengajar professional agar bisa membuat siswa engaged dan aktif di kelas, American Culture course dengan membandingkan kultur yang ada di Indonesia dan mempelajari good values yang bisa diterapkan di Indonesia. Selain itu, dia memilih Introduction to religion course agar menjadi pribadi yang inklusif, dan open-minded, dan Elementary Spanish course untuk berkonstribusi lebih pada komunitas bahasa asingnya sebagai bahasa tertinggi kedua di Amerika.  

“Saya sangat berterima kasih pada seluruh dosen Institut Parahikma Indonesia lulusan luar negeri maupun kampus ternama di Indonesia, yang berkat bimbingannya, saya banyak belajar mulai dari penulisan essay, TOEFL IBT, interview, hingga experience tentang shocked culture ketika berada di luar negeri. I feel surprised and blessed, benar-benar bisa keluar negeri tanpa sepeser pun uang pribadi saya keluar, thank you so much”, kisahnya.

Iqram pun bercerita tentang precious experience selama di Amerika, “A little bit different nya disini, kalau di kampusku (Otterbein University) pas sholat Jum’at ada juga perempuannya, bahkan jama’ah ceweknya lebih banyak daripada cowok, hehe”. “Nah, disini kita tidak makan nasi, only occasionally. Harus pintar pilih menu halal. Untuk weathernya terlalu dingin, snowy, brrrr… kurang cocok untuk saya, kulit jadi sangat kering dan kemarin sempat susah cari moisturizer yang cocok untuk saya. It’s quite challenging, indeed”, tambahnya.

Hal yang membuatnya terkesan juga, “something that I learned more is that here I feel somehow more religious, biasa kalau di Indonesia sholat kadang harus diingatkan, tapi disini benar-benar kemauan sendiri dan harus bisa manage waktu untuk sholat karena berdekatan dengan jadwal makan dan kuliah. Di kampus juga terbiasa sholat jama’ah, jadi walaupun disini minoritas muslim, saya tetap merasa feel at home, karena pentingnya toleransi dan jiwa nasionalisme yang berpijak pada ideologi Pancasila meskipun berada diluar negeri telah saya pelajari di lingkup Parahikma”.

“Pak rektor senantiasa mengingatkan bahwa apapun perbedaan kita (ras, suku, agama, status sosial, dll.) dengan yang lain dan dimanapun kita berada, kita semua tetap terikat oleh (wisdom) atau hikmah, dimana kita mencontoh akhlaq nabi untuk terus berbuat baik sebagai mukmin baik itu dalam bersosialisasi dengan sesama manusia secara horizontal dan patuh secara vertikal pada Tuhan, the only One God. Atmosfir relijius dan profesionalisme pendidikan yang saya peroleh di IPI, sangat membantu saya sampai ke titik ini” ungkapnya.

(Penulis: A.F.R.)

Alumni Parahikma lolos jadi ASN dan dapat beasiswa Master LPDP keluar negeri

Alumni Parahikma lolos jadi ASN dan dapat beasiswa Master LPDP keluar negeri

Sejak berdirinya Institut Parahikma Indonesia (IPI) pada tahun 2016, dan menggelar wisuda sebanyak dua periode, para alumni gencar mencari peluang bekerja dan melanjutkan studi. Berbagai upaya dilakukan oleh para alumni guna mewujudkan impiannya.

Diantara alumni IPI, yang kini sukses menjadi ASN adalah Nurul Rahmadayanti. Nurul yang telah yatim dengan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dari 6 bersaudara ini sempat ragu (insecure) disaat harus bersaing dengan alumni dari beberapa perguruan tinggi negeri ternama. “Waktu saya tes SKD kemarin, Alhamdulillah saya rangking III dan pada saat tes SKB kemarin dapat rangking I mengalahkan 2 saingan”, ungkapnya.

“Awalnya saya tidak mau mendaftar dan ragu, tapi saya berusaha pelajari soal latihan, perbanyak  doa, rajin sholat 5 waktu serta sunnah lainnya, dan restu mama,  alhamdulilah nggak nyangka sekarang sudah pada tahap pemberkasan”, kisahnya.  Alumni prodi Ekonomi Syariah ini pun menceritakan bahwa sewaktu kuliah di IPI, dia banyak belajar mengenai ekonomi makro dan mikro dan diberikan pemahaman tentang inner capacity yang membuatnya lulus menjadi ASN di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan jabatan analis perekonomian.

Alumni lain yang berhasil mendapatkan beasiswa LPDP keluar negeri adalah Faiqah. Alumni prodi Tadris (pendidikan) Bahasa Inggris yang ayahnya juga baru meninggal dunia ini tidak berputus asa dalam menggapai cita-citanya. Di bulan November 2021 lalu, dia terpilih menjadi salah satu peserta program PPSL Luar negeri S1 dan S2 yang digelar oleh KEMENAG RI dan mengikuti pelatihan persiapan keluar negeri di Yogyakarta selama sebulan.

Faiqah sangat bersyukur kuliah di IPI. “I gained a lot of knowledge, dibekali dan dimotivasi terus oleh dosen-dosen untuk lanjut kuliah keluar negeri dengan beasiswa. Since then, I gave my 110% efforts, saya jadi lebih giat balajar and be well prepared untuk tiap step, seperti belajar tentang substansi akademik and interview.” Impiannya untuk kuliah di Melbourne University, Australia, sudah di depan mata. Persyaratan kampus dan program pengayaan bahasa, IELTS course, yang diselenggarakan LPDP pun sementara dijalani.

Alumni Pendidikan Bahasa Inggris atau TBI lainnya adalah Hendriawan. Dia bekerja sebagai Sekretaris di Sekretariat Kadin Provinsi Sulawesi Selatan. “Berkat kuliah di IPI, memudahkan saya bekerja disini, membalas surat dari luar negeri semisal dari Sri Lanka, Australia, dan sebagainya melalui e-mail untuk produk ekspor impor, dengan honor yang luar biasa bagi saya, thank God, walaupun masih fresh graduate tahun 2021. Saya juga bertugas sebagai translator and interpreter untuk tamu luar negeri, membantu komunikasi pengurus dengan bule-bule yang datang ke Indonesia”, ungkapnya.

“Di kampus kan ada mata kuliah Translation and Interpreting, yang membuat saya terbiasa menjadi penerjemah, diajarkan juga tentang soft skill yang membuat saya pribadi lebih percaya diri, punya kecakapan interpersonal berhadapan dengan orang-orang asing”, tambahnya.

Alumni prodi PAI, Muh.  Fauzan, yang kini menjadi staf di jurusannya juga memiliki bakat desain grafis, mengajar privat bahasa inggris, dan menulis opini di media cetak terkenal. “Selama kuliah di IPI, pastinya saya dapatkan ilmu tentang pendidikan agama islam, tapi saya juga dilatih desain grafis lumayan buat kerja sambilan, dilatih menulis opini oleh Pembina UKM Jurnalistik dn Kepenulisan, dan dibekali bahasa inggris. Bagi saya alumni IPI nggak bakalan menganggur karena diajari banyak skill beserta profesionalisme jurusan”, tandasnya.

“Saya kerja di SD Islam Ar-Raafi’ sebagai tenaga struktural Manajemen Perpustakaan serta mengajar PAI dan AKA. Sampai sekarang juga masih aktif di Duta Damai Dunia Maya Sul-Sel sebagai Koordinator Sosmed”, ungkap Azizah, alumni prodi Manajemen pendidikan islam. Dia pun mengungkapkan rasa syukurnya karena dengan kuliah di IPI, Azizah dipercaya di tempat kerjanya  menghandle kelas tambahan (Ekstrakulikuler) yakni bahasa Inggris karena dilihat dari CV lulusan IPI dan Rektornya Prof. Azhar

Tak hanya mereka, masih banyak lagi alumni IPI yang sementara lanjut kuliah S2 di luar negeri sambil bekerja, berkarir di instansi pemerintahan, di bank, institusi pendidikan, sukses berbisnis/ berwirausaha, dan bahkan ada yang membuka lapangan kerja sendiri sembari mencari peluang-peluang karir lainnya.

Penulis: A.F.R.

Kuliah Umum Direktur DIKTIS KEMENAG tentang Tantangan PTKI di Era Metaverse

Kuliah Umum Direktur DIKTIS KEMENAG tentang Tantangan PTKI di Era Metaverse

Maraknya kecanggihan teknologi memudahkan segala sendi kehidupan, menjadikan era online metaverse (konsep yang ditulis oleh Neal Stephenson di novel Snow Crash pada 1992) sebagai ruang (dunia virtual) untuk beinteraksi satu sama lain. Seiring dengan maraknya ICT tersebut, berbagai tantangan bermunculan sesuai dengan perkembangan zaman.

Olehnya itu, untuk membahas fenomena tersebut, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag selaku Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Republik Indonesia mengutarakan berbagai tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi islam dalam Kuliah umum bertemakan “Tantangan perguruan tinggi islam di Era Metaverse” pada hari Kamis (03/02/2022).

Prof. Azhar Arsyad, MA, rektor Insitut Parahikma Indonesia, dalam welcoming remarknya menjelaskan bahwa IPI telah mempersiapkan generasi muda yang siap berkompetisi di era metaverse ini dengan trilogy nya, yaitu Bahasa inggris, ICT atau online system, dan inner capacity/ wisdom untuk membentuk karakter.

Beliau didampingi oleh rekan sejawatnya, yakni Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Kemenag, M. Adib Abdushomad, PhD, beserta Kepala Seksi Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Ahmad Mahfud Arsyad, M.Ag. Acara tersebut digelar di Hall Kampus 1, Gedung B Lantai 2, Institut Parahikma Indonesia, Jl. Mustafa Dg. Bunga no.191, Paccinongan, Gowa dan dihadiri oleh pihak birokrasi, dosen, staf, dan mahasiswa IPI.

Prof. Suyitno menyampaikan dalam pemaparannya, “Jika berbicara kemajuan saat ini, yang paling ketinggalan itu kampus. Sadar atar tidak, dalam banyak hal, dunia pendidikan termasuk kampus kalah maju dengan gojek.” Ini adalah tantangan dunia pendidikan yang menjadi PR besar para akademisi. Belum semua perguruan tinggi baik di kota hingga ke pelosok desa mampu menerapkan online system dikarenakan berbagai kendala teknis yang perlu ditanggulangi.

“Selain itu, tantangan lain yang dihadapi PTKI adalah eksistensi beberapa prodi yang tak lagi sejalan dengan perkembangan zaman dan mengharuskan kita untuk lebih kreatif dan inovatif. Ada beberapa prodi yang sudah tidak relevan dengan kemajuan saat ini sehingga perlu diperhatikan content atau substansinya”, tambahnya.

Terkait alumni, Prof. Suyitno menyampaikan, “luaran PTKI lebih terserap menurut survey BAPPENAS karena luaran ini siap bekerja apa saja meskipun bidang ilmu mereka tidak linear. Ini artinya luaran (alumni) kurang professional karena menerima pekerjaan apapun tanpa memperhatikan keahlian mereka”. Maka dari itu beliau menyarankan bahwa perlu diadakan perubahan-perubahan bahkan penambahan dalam lingkup perguruan tinggi islam di Indonesia.

Institut Parahikma Indonesia (IPI) mulai menjawab tantangan tersebut dengan bermacam-macam langkah real demi terwujudnya mahasiswa/i yang berperadaban, cerdas, dan, terampil. Melalui trilogy kampus, IPI optimis mengantarkan para alumni menggapai cita-citanya.

Penulis: A.F.R.