Baru-baru ini, tiga alumni Institut Parahikma Indonesia terkhusus dari prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI) atau English Education Department, melanjutkan studi Master di Polandia. Ketiganya memilih negara itu bukan tanpa alasan, karena visa yang mereka punya bisa digunakan untuk bekerja di negara tersebut.

Mereka adalah Nurul Muthmainnah, alumni terbaik TBI dan pernah mewakili Indonesia dalam ajang Possible Work Project YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Initiative) yang disupport oleh Biro Pendidikan dan Kebudayaan Amerika, serta American Councils. Selain Nurul, ada Jum’yah Nur Awaliyah yang akrab disapa Ulwa. Mereka berdua bersama 4 fresh graduate TBI lainnya pernah menjadi presenters pada International Conference on Language Education (ICONELE) dimana ada Professor, dosen, peneliti serta akademisi lainnya dari negara lain dan kampus terkemuka lainnya juga terlibat sebagai pembicara.

Selain mereka, ada Andi Marami Emir yang akrab disapa Emir, pernah mewakili Indonesia se ASEAN dalam ajang ASEAN Couchcrash, yang juga memilih ke Polandia untuk melanjutkan Master Degree di Vistula University. Di bulan Ramadhan, mereka kuliah online dan menghadapi beberapa cultural shock, antara lain berpuasa + 18 jam, menghadapi mayoritas 98% masyarakat Kristen ortodoks, perbedaan bahasa, tradisi, makanan, beda musim (panas, gugur, dingin, dan semi), dll.

Adapun peluang beasiswa (ongoing scholarship) yang mereka bisa peroleh yakni, Erasmus (Europe Scholarhip) dan internship di sekitar Eropa. Selain itu, mereka juga bisa menggunakan visa bukan hanya sebagai pelajar, tapi juga sebagai visa bekerja.

Menurut Nurul, “dengan memilih TBI, saya bisa dengan mudahnya berkomunikasi dengan orang-orang luar negeri, bisa membedakan penggunaan Bahasa Inggris untuk komunikasi sehari-hari dan Bahasa Inggris untuk akademik/ professional. Dengan adanya dosen-dosen kami lulusan Amerika, Inggris, dan kampus terkemuka di Indonesia yang jauh lebih berkompeten di jurusan ini membuat saya percaya skill ini sangat bermanfaat bagi saya. Kami juga dibimbing inner capacity (teamwork, sopan, leadership, kedisiplinan, dsb) baik di kelas maupun di organisasi yang membangun karakter saya untuk lebih aktif dan bisa berkolaborasi dengan orang-orang di sekeliling saya. Itulah skill yang membuat saya mudah berkolabirasi dengan orang-orang asing di Polandia”.

“Dari dosen-dosen TBI, saya dan teman-teman belajar tentang penulisan statement letter, sponsor letter, persiapan interview, dan translating document. Karena itu tidak sulit bagi kami untuk kuliah sambil kerja disini. Waktu kuliah, saya belajar tentang Distance Learning, Computer Assisted Language Learning (CALL) yang membantu saya mendesain kelas online untuk mengajar. Honor mengajar private saja biasanya itu mulai dari 9 jutaan sampai 20 jutaan, bisa juga kerja di restoran, office, uber food. Selain itu, untuk berkunjung ke negara lain seperti Jerman, Rusia, Ukraina, Belanda, Austria, Paris, dll, kami tidak perlu menyebrang lautan”, kesan Ulwa.

“Teman sekelas saya dari Ukraina, Jerman, Nigeria, Uzbekistan, Kazakhstan, Filipina, Turkey, dll. dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Di TBI saya belajar tentang Cross Cultural Undestanding, moderasi beragama, Pancasila dan kewarganegaraan, dan penanaman soft skill, yang menambah wawasan saya dan membina karakter saya untuk lebih percaya diri sehingga mudah beinteraksi dengan orang asing, lebih siap dengan tantangan hidup selama di luar negeri, dan menjelaskan tentang islam pada mereka yang non muslim”, cerita Emir via Zoom saat web meeting,

Para alumni TBI lainnya yang sudah bekerja antara lain adalah Faiqah yang bekerja di Pusat Bahasa Kampus (Parahikma Language Centre), Rezki Amir yang mengelola kelas online LMS, Aidil yang bekerja sebagai guru Bahasa Inggris, Pembina pondok pesantren, dan pengelola koperasi pesantren. “Di pondok Rahmatul Asri memang diwajibkan anak-anak untuk speak English. Jadi, di ASPURA 1 itu setiap malam saya ajar Bahasa Inggris, dan Alhamdulillah saya gunakan bukunya Prof Azhar “Your Basic Vocabulary”. Nah, saya terapkan ilmu seputar Teaching English as a Foreign Language (TEFL) dan pengetahuan agama yang diajarkan dulu waktu masih kuliah ke anak pondok”, ujar Aidil.

Selain mereka, ada pula Syukryansyah (Ukki), pernah terlibat di Possible Hub Program diselenggarakan oleh kedutaan Amerika, sekarang bekerja di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pinrang. Bagi Ukki, Bahasa Inggris dan kemempuan ICT selama di kampus merupakan perpaduan komplit yang sangat bermanfaat baginya dalam mencari lapangan kerja.

Dan masih banyak lagi alumni TBI, Riskatul dan Edi yang sementara lanjut master di kampus negeri, UNM, dan kampus lainnya. Rini dan Ayu memilih membuka kursus, yang menurut Rini, “lulusan Bahasa Inggris itu tidak akan menganggur karena kami dibekali banyak skill selama kuliah di prodi Tadris Bahasa Inggris, baik itu dalam bentuk teaching profesionalism, translation, business, inner capacity, agama, dsb”.