Malam Sabtu digunakan oleh mahasiswa/(i) Institut Parahikma Indonesia (IPI) Gowa khususnya yang berkecimpung di BEM IPI Gowa ini dengan menggelar bazar yang berbeda dari bazar-bazar sebelumnya. Bazar ini bertempat di Kafe Coffee Tetta Jl. Mustafa Daeng Bunga, Paccinongan, Somba Opu pada tanggal 30 November 2018 pukul 19.00 WITA.
Kali ini, teman-teman dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Parahikma Indonesia (IPI) Gowa menggelar Diskusi Publik yang bertema: “Kepeloporan Mahasiswa dalam Mengubah Nasib Bangsa”, ini sungguh luar biasa dan memperoleh apresiasi dari para tamu yang berkunjung. Panitia menghadirkan dua pemateri handal yaitu Muh. Asriady, S.Hd., M.Th.I dan Takdir Khair, S.Pd.I., M.Pd yang juga adalah dosen dari Institut Parahikma Indonesia.
Asriady memandang bahwa “Pelopor adalah seseorang yang merupakan salah satu yang pertama untuk daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan tanpa memperoleh manfaat dari pengalaman orang lain. pelopor juga bermakna berjalan terdahulu atau di depan, perintis dan pembuka jalan”. Dia pun menambahkan bahwa pelopor itu mimpinya besar, kinerjanya hebat, dan prestasinya dahsyat. Ia mengutarakan 3 hal yang perlu di perkuat dalam kepeloporan, yaitu:
- Karakter yang tangguh artinya akhlak yang tangguh.
- Kompetensi artinya berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.
- Literasi artinya keterbukaan dengan ICT, baca, dan sebagainya.
Beda halnya dengan Takdir yang menyatakan bahwa dalam memandang kepeloporan, seharusnya kita melihat dari segi buruknya dan dibalik itu kita akan melihat hal yang lebih baik. Jika ingin menjadi pelopor jadilah mahasiswa yang bernilai. Selain itu jadilah mahasiswa yang berani tampil beda dari mahasiswa lainnya, prinsip yang harus di pegang sebagai mahasiswa yaitu lakukan hal yang biasa, tapi menurut orang lain itu luar biasa”.
Adapun pertanyaan yang sempat diajukan datang dari beberapa tamu bazar yang sempat berhadir yakni dari Maulidatul Mukarramah, dan Nur Hadisa. Diskusi ini berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Semoga nuansa ilmiah tetap hidup dikampus yang bercirikan “berperadaban, cerdas, dan terampil” ini.
Oleh: Nurul Qayyum (UKM JPC)
Komentar Terbaru