Seperti diketahui, Indonesia saat ini dinahkodai oleh Presiden Joko Widodo sebagai presiden ke-7 Republik Indonesia. Sebelum beliau menjabat, ada Pak Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan penasihat pak SBY dan beberapa presiden sebelum beliau itu hadir di Institut Parahikma Indonesia (21/11). Beliau adalah Prof. Dr. Imam Suprayogo. Tokoh yang terkenal dengan ide-ide pembaharuan dalam keilmuan Islam serta keberhasilannya melakukan inovasi terhadap Universitas Islam Negeri Malang.
Prof Imam merupakan rektor terlama di Indonesia yang menjabat selama 4 periode atau 16 tahun. Tak hanya itu, beliau juga berhasil meraih rekor MURI untuk konsistensi menulis setiap hari 3 tahun tanpa jeda (16 Juni 2008-15 Juni 2011). Meski demikian, beliau masih tetap menulis sampai hari ini. Uniknya, beliau menulis sebelum atau sesudah shalat Shubuh.
Kehadiran beliau di IPI atas kehendak Rektor IPI, Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA. Bertepatan pada peringatan Mengulangi Maulidur Rasul 1441, mantan Rektor UIN Malang tersebut menyampaikan tausiyah dan berbagi cerita mengenai terobosannya.
“Merubah status STAIN menjadi UIN bukanlah hal yang mudah. Status yang sekarang disandang itu bukan hasil dari kesabaran menunggu, melainkan lewat keberanian merebut kesempatan dan menciptakan peluang”, ucapnya. “Di masa perjuangan itu, saya pernah mengajukan STAIN Malang ini agar jadi universitas tapi ditolak karena tempatnya kecil. Yang diterima justru perubahan status kampus lain yang meniru ide saya karena tempatnya besar. Tapi saya tidak menyerah”, sambungnya berceritera.
Saat penolakan perubahan status tersebut, beliau berkoordinasi dengan 42 dosen yang aktif di sana untuk memikirkan langkah selanjutnya. Akhirnya, beliau berinisiatif untuk bekerja sama dengan Sudan agar mendirikan kampus. Usulannya diterima dan diresmikan oleh Wakil Presiden Sudan saat itu. Maka lahirlah kampus yang bernama Universitas Islam Indonesia Sudan. Namun ujian kembali datang, kampus tersebut dianggap sah dan minta untuk dibubarkan. “Saat itu Wapres Sudan lupa tanda tangan. Apa yang terjadi, kampus yang diresmikan oleh Wakil Presiden Sudan itu minta dibubarkan oleh Wakil Presiden Indonesia”, tambahnya disambut dengan suara tawa civitas akademika dan mahasiswa-mahasiswi IPI.
Akan tetapi, beliau tetap berjuang dan fokus dengan tujuan. Ia menolak pembubaran itu. Maka sebagai gantinya, tahun 2006 STAIN Malang bertransformasi menjadi UIN Malang yang sekarang kita kenal dan beliau mengklaim dirinya sebagai Rektor setelah penandatanganan resmi transformasi kampus–padahal belum dilantik saat itu.
“Pemimpin harus berani”, ucapnya pelan. Kalimat itu harus jadi panutan untuk setiap pemimpin di Indonesia, terutama di IPI. Prof Imam bahkan menganggap IPI itu istimewa. “Mahasiswa IPI nanti jadi cahaya di tengah dunia yang serang penuh kegelapan”, harapnya. Sebagai Dewan Pakar Parahikma, beliau berharap agar mahasiswa-mahasiswi IPI tetap semangat dan berani bertindak.
Terkait maulid nabi, beliau banyak menginspirasi seluruh civitas akademika IPI untuk terus menggali hikmah di balik segalanya.”Di setiap zaman itu ada masalah dan ada kerusakan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, perlu ada nabi yang misinya memperbaiki keadaan. Walaupun Rasulullah, secara jasadnya sudah tak bersama kita, tapi “stempel” dan visi Muhammad SAW selalu hidup dan berlaku sampai saat ini. Berislam seharusnya mempersatukan kita tanpa ada label NU, Muhammadiyah, dan berbagai jenis sekte lainnya. Satu ayat yang selalu saya perjuangkan saat kelak ditanya oleh malaikat adalah “Berpeganglah kalian pada tali Allah, dan janganlah terpecah belah”, (Q.S. Ali Imran: 103), itupun tidak selesai, pungkas beliau sambil berbagi inspirasi seputar dialog agama dengan orang Kristen diiringi canda tawa namun tetap penuh hikmah. Beliau berharap bahwa kaum akademisi tidak sekedar mempercerdas otak, tapi lebih pada mencerdaskan yang punya otak (educating heart).
Di penghujung acara, Rektor IPI memohon kesediaan Prof. Imam sebagai Ketua kurator IPI. Dengan kesepakatan seluruh orang yang menghadiri maulid nabi, Prof. Imam mengaminkan tawaran tersebut. Acara yang diliput TVRI tersebut berlangsung meriah, lancar, dan insya Allah penuh berkah.
Penulis: Yuda Al-Awwam
=
Komentar Terbaru