Pada hari Rabu, (06/10/2021), 91 wisudawan/wisudawati Institut Parahikma Indonesia dikukuhkan. Ada 45 alumni dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) yang terdiri dari 3 prodi yakni Prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI), Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Sementara itu ada 46 alumni dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).

Acara wisuda bagi angkatan ke-II kali ini diadakan di Hotel Claro, ruangan Sandeq. Diumumkan para wisudawan/wati terbaik institut yaitu peringkat pertama yakni Rahmat Fauzan (PAI) dengan IPK 4,00, peringkat kedua yakni Nurhijriani (TBI) dengan IPK 3,98, dan peringkat ketiga adalah Irfan Arfandi (PAI) dengan IPK 3,97.

Rahmat Fauzan, sebagai wisudawan terbaik yang berkecimpung sebagai presiden UKM Journalism and Pen Circle (JPC), aktif di lembaga bahasa, serta organisasi lintas agama (interfaith) menceritakan dirinya sebagai generasi ketiga yang diwisuda oleh Prof. Azhar Arsyad. Di generasi sebelumnya, kakeknya juga diwisuda pada tahun 1999, lalu ayahnya pada program magister di tahun 2004.

Menjadi mahasiswa terbaik yang aktif berkecimpung di beberapa organisasi internal kampus seperti HMPS, DEMA, dan UKM, serta organisasi eksternal, ternyata ikut berkonstribusi besar pada pengembangan kualifikasi non akademik serta soft skill bagi dirinya serta teman-temannya. Tentunya dengan masih berpijak pada profesionalisme prodi masing-masing.

“Awalnya saya adalah pribadi yang pemalu dan sulit berinteraksi dengan yang lain, namun dengan bimbingan beberapa dosen, saya bisa berubah menjadi lebih percaya diri. Bahasa Inggris dan ICT diajarkan full di kampus kami. Dan IPI lah yang membuat kami yang tadinya ada yang tidak diperhitungkan di kampus lain menjadi as valuable as diamond”, kisahnya dalam peyampaian pesan dan kesan alumni menggunakan bahasa inggris dan indonesia.

Institut Parahikma Indonesia yang bermotto berperadaban, serdas, dan terampil ini senantiasa mengasah trilogi IPI yaitu Bahasa Inggris, ICT, dan spiritual wisdom. Dalam sambutannya, rektor IPI mengungkapkan segudang prestasi mahasiswa/i IPI di berbagai bidang seperti bahasa inggris, seni, karya tulis ilmiah, olahraga, MTQ, baik dalam kancah regional, nasional, maupun internasional. Prestasi tersebut tentunya dikarenakan didikan para dosen alumni luar negeri yang berjumlah 14 orang dan dosen-dosen lain yang merupakan alumni terbaik dalam negeri dari kampus terkemuka di Indonesia.

Rektor IPI menekankan bahwasanya Bahasa Inggris yang diajarkan di IPI bukan sistem hafal tenses, tapi lebih merujuk pada Theory A and B.  

“Untuk bekerja dan kuliah di luar negeri, hanya perlu ICT dan Bahasa Inggris, bahkan mahasiswa/i PAI, MPI, dan EKSYAR ada yang menulis skripsi dalam Bahasa Inggris. Selain itu, para mahasiswa juga dibekali landasan spiritual agar menjadi pribadi yang berperadaban”, tandasnya.

Ayah dari wisudawan terbaik, Dr. Kaharuddin, M.Pd.I, menyampaikan pesan dan kesannya. “Alhamdulillah Parahikma ini luar biasa. Saya berharap seluruh orang tua juga ikut mempromosikan kampus ini di daerah masing-masing. Dan bagi para wisudawan, jadilah alumni yang pintar, cerdas, kreatif, dan inovatif  hingga di masa yang akan datang didukung dengan akhlaq, senantiasa menjadi manusia yang lebih baik.”

Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D, selaku Koordinator Kopertais Wil.VIII (Sulawesi, Maluku, Papua) turut hadir pada kesempatan ini. Prof. Hamdan menyampaikan orasi ilmiahnya pada para wisudawan mengenai generasi alpha yang akan mereka hadapi. Ciri-cirinya adalah mereka tumbuh dengan gadget/iPad di tangan.

Pergeseran makna tentang 3 kebutuhan pokok, bukan lagi sandang, pangan, dan papan, tetapi tetap 3 kebutuhan pokok seperti kuota, sinyal, dan tempat cas. Nilai lokal seperti mapattabe, siri’, sipakatau, sipakalebbi, telah mengalami distorsi, dan tak tertarik lagi belajar bahasa daerah.’

Prof. Hamdan yang juga Rektor UIN Alauddin berpesan pada para wisudawan/wati, “kita bukan siapa-siapa pada orang yang tidak mengenal kita. Kita jadi orang yang menjengkelkan di mata orang yang iri, kita jadi orang jahat, di mata orang yang benci kita. Namun kita jadi orang yang luar biasa di mata orang yang mencintai kita. Maka dari itu, ingatlah motto, you don’t have to be the best, but do your best.”

“Kalian sebagai para alumni harus membangun literasi di bidang data, teknologi, mengaji, dsb. Selain itu, beliau berpesan agar mereka menjadi katalisator yang fungsinya mempercepat perubahan, bisa memberi warna, menjadi role model akhlaq (penguatan soft skill), dan membangun komunikasi yang baik. Jadilah the right man in the right place, atau tempatkan diri sesuai kapasitas karna kalau salah tempat, kita tidak akan diperhitungkan”, pungkasnya dengan penuh semangat.