Perkembangan-Islam-di-Timur-dan-di-Barat

Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa islam ditemukan di Barat tanpa muslim, sementara di negara yang mayoritas islam, nilai-nilai islami justru tidak nampak disitu. Terkait hal ini, dalam Seminar yang diadakan di Institut Parahikma Indonesia pada tanggal 12 November 2018 bertempat di Kampus 1 lalu, pembicara pada seminar ini, yakni Ustaz Faried F. Saenong, Ph.D. mejelaskan deskripsi mengenai perkembangan islam di New Zealand yang selanjunya direfleksikan dengan konteks keindonesian.

Ustaz Faried adalah orang Indonesia yang sekarang lebih banyak berdomisili di New Zealand bersama keluarganya. Di samping itu, beliau juga dosen serta peneliti di University of Wellington, New Zealand. Juga dipercayakan menjadi Da’i Metro TV dalam program Pelita Hati. Dalam seminar yang diadakan di IPI tersebut dan diliput oleh Panrita.or,id., beliau menyampaikan materi bertajuk, “Projecting Religiousity: Understanding Islam through Islam in the West.

Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa di New Zealand ada seorang Sheikh bernama Anwar Sahib, imam masjid di Auckland, sangat Anti suku Semit yang kebanyakan Yahudi. Dalam ceramahnya, ia menyampaikan dalil-dalil mengenai memerangi kaum yahudi. Padahal di suatu kisah, Nabi Muhammad diberi petunjuk oleh orang Yahudi untuk menyusuri jalan lain, agar tidak diserang oleh orang-orang yang ingin menyerangnya jika melewati jalan yang biasanya dilewati menuju Madinah. Di sisi lain, dalam gender issue, sheikh Anwar Sahib juga menyatakan bahwa islam memosisikan perempuan di sisi domestik. Pertanyaan besarnya adalah, benarkah apa yang dia sampaikan mewakili ajaran islam yang sebenarnya?

Hal ini mengindikasikan bahwa dalil Qur’an maupun hadits tidak bisa langsung dimaknai demikian saja dengan mengandalkan terjemahan, tanpa pengetahuan lain. Misalnya, asbabun nuzul, asbabul wurudh, ilmu bahasa Arab, ilmu fiqih, dan ulama atau guru yang punya kompetensi dalam hal tersebut. Contoh, dalam pembahasan rukun wudhu’, membasuh tangan perlu dijelaskan oleh guru. Pemahaman agama yang sangat tekstual memunculkan beberapa gerakan radikalis dan berujung pada terorisme.

New Zealand yang kebanyakan muslimnya adalah berasal dari suku Kiwi, sangat menjaga multikultural yang berada di negara itu. Pemerintah melarang keras adanya isu Khalifah, ISIS, dan segala bentuk tindakan yang mengarah pada radikalisme. Ada banyak organisasi islam dan organisasi nasional yang aktif berdiskusi dan berjalan berdampingan secara harmonis. Tiap tahunnya, jumlah ummat islam meningkat di negara ini. Kesetiaan menjaga persatuan negara sangat ditekankan dengan menyatukan modernism, tradisionalisme, dan salafi.

Kasus-kasus yang mengarah pada radikalisme yang pernah ada di New Zealand dengan sigap ditangani oleh pihak keamanan negara seperti kasus Aisha Ali Abdille yang melakukan aksi terorisme di pesawat, Kireka dan Whaanga yang terlibat gerakan ISIS, Mark John Taylor yang juga teroris diincar oleh Amerika, Imran Patel dan Niroshan Nawarajan, da nada sekitar 30-40 orang yang berada dalam pengawasan intelejen New Zealand.

Hal menarik dari kajian ini adalah Islam Nusantara yang mengglobal. Walaupun di Indonesia, ada yang menganggap bahwa islam Nusantara sebagai aliran baru dan sesat, namun pemateri optimis bahwa ada beberapa wacana dan pemahaman islam Nusantara justru sangat sejalan dengan ajaran islam dan sesuai dengan metode penyebaran islam yang dilakukan oleh Nabiyulloh Muhammad S.A.W. Konsep Islam Nusantara yang dijalankan dan bisa disesuaikan dengan budaya mutikultural di rana global adalah Manhajiyya seperti Al-Maqasih Al-Shar’iyya, Ma la yatimmu al-wajib illa bi-hi fa huwa wajib, dan li al-wasa’il hukm al-maqasid. Adapun dari segi Tatbiqiyya yang ada di New Zealand aldalah Maori, Pakeha, Muslim Kiwi, Muslim Asia, dan Muslim Arab.

 

Ustaz Faried menyarankan,”Terkait Islam Nusantara dan beberapa fitnah lain yang menjelekkan islam, sebaiknya konfirmasi pada orang yang meyakini dan mempraktekkannya. New Zealand banyak menganut mazhab Hanafi. Dalam praktekya, nilai islami yang dilakukan di New Zealand tidak serta merta melarang tradisi yang ada. Tradisi budaya Maori contohnya, yan terbiasa bertato, ataupun bersalaman dengan menyatukan hidung dan jidat satu sama lain di ubah sedikit demi sedikit. Jangan memerangi mereka hanya karena mereka berbeda dengan ajaran islam, karena bisa jadi mereka akan perangi islam. HalSeminar-Perkembangan-Islam-di-Timur-dan-di-Barat tersebut sejalan dengan teori Tarikh Tasyri’.

Perilaku yang mengikuti budaya Nusantara seperti memakai sarung dan kopiah ketika sholat, merayakan maulid, budaya siri’ na pace dalam budaya bugis bukan berarti anti Arab, seperti yang difitnahkan oleh kelompok tertentu. Pelaku islam Nusantara pun tidak anti Arab meskipun pakai sarung, tapi tetap belajar mengaji, belajar bahasa Arab, dan nahwu shorof. Barazanji, tahlilan, sholawat yang ada di maulid pun pernah dilakukan wali songo. Kesalhapahaman yang sering muncul adalah memahami cara menjalankan sunnah nabi dan mewajibkan segala hal yang dilakukan nabi. Namun tidak semua yang dilakukan nabi bisa diterapkan karna kebiasaan yang berbeda di daerah tertentu. Contoh, makan tiga jari, naik unta ketika bepergian, dll. Jadi intinya apa yang dilakukan nabi tidak semua wajib atau shar’iyyah, adapula yang nabi lakukan karena beliau adalah orang Arab yang melakukan tradisi orang Arab.

Dan banyak hal lagi yang dipaparkan oleh pemateri dan tidak bisa tertuang dalam pemaparan ini. Pada intinya, kondisi New Zealand yang memiliki banyak budaya dan pendatang membuat corak islam pun beragam. Seperti halnya di Indonesia yang berlamdaskan Bhinneka Tunggal Ika, menjadikan perbedaan bukan sebagai negasi atau dikotomi, melainkan bagaimana islam menjadi Rahmatan lil ‘Alaimin.