Perjalanan Mahasiswa IPI di Amerika Serikat dalam Program Student Exchange
TAGS: AMINEFftk ipiinstitut parahikma indonesiaprodi tbiUGRAD

Andi Iqram Anas dari prodi Tadris (Pendidikan) Bahasa Inggris terpilih menjadi penerima beasiswa pertukaran pelajar internasional dalam Program Undergraduate Exchange (UGRAD) oleh AMINEF. Di awal tahun 2022, Iqram mulai menginjakkan kaki di Amerika Serikat, Otterbein University, Westerville, dan semua ditanggung gratis oleh kedutaan Amerika tanpa sepeser pun uang pribadinya dikeluarkan hingga dia kembali ke Indonesia di bulan Juni mendatang.

Bukan hal mudah bersaing dengan seluruh mahasiswa dari kampus negeri maupun swasta ternama se Indonesia untuk menjadi finalis ajang UGRAD ini, tetapi demisioner Ketua HMPS Prodi Tadris Bahasa Inggris ini mampu membuktikan bahwa kampus baru bukanlah penghalang untuk berhasil maju ke kancah internasional.

Selama di negeri paman Sam, Iqram, mahasiswa semester akhir ini mengambil 4 mata kuliah (courses) diantaranya Skill of teaching profession course yang bertujuan untuk menjadi pengajar professional agar bisa membuat siswa engaged dan aktif di kelas, American Culture course dengan membandingkan kultur yang ada di Indonesia dan mempelajari good values yang bisa diterapkan di Indonesia. Selain itu, dia memilih Introduction to religion course agar menjadi pribadi yang inklusif, dan open-minded, dan Elementary Spanish course untuk berkonstribusi lebih pada komunitas bahasa asingnya sebagai bahasa tertinggi kedua di Amerika.  

“Saya sangat berterima kasih pada seluruh dosen Institut Parahikma Indonesia lulusan luar negeri maupun kampus ternama di Indonesia, yang berkat bimbingannya, saya banyak belajar mulai dari penulisan essay, TOEFL IBT, interview, hingga experience tentang shocked culture ketika berada di luar negeri. I feel surprised and blessed, benar-benar bisa keluar negeri tanpa sepeser pun uang pribadi saya keluar, thank you so much”, kisahnya.

Iqram pun bercerita tentang precious experience selama di Amerika, “A little bit different nya disini, kalau di kampusku (Otterbein University) pas sholat Jum’at ada juga perempuannya, bahkan jama’ah ceweknya lebih banyak daripada cowok, hehe”. “Nah, disini kita tidak makan nasi, only occasionally. Harus pintar pilih menu halal. Untuk weathernya terlalu dingin, snowy, brrrr… kurang cocok untuk saya, kulit jadi sangat kering dan kemarin sempat susah cari moisturizer yang cocok untuk saya. It’s quite challenging, indeed”, tambahnya.

Hal yang membuatnya terkesan juga, “something that I learned more is that here I feel somehow more religious, biasa kalau di Indonesia sholat kadang harus diingatkan, tapi disini benar-benar kemauan sendiri dan harus bisa manage waktu untuk sholat karena berdekatan dengan jadwal makan dan kuliah. Di kampus juga terbiasa sholat jama’ah, jadi walaupun disini minoritas muslim, saya tetap merasa feel at home, karena pentingnya toleransi dan jiwa nasionalisme yang berpijak pada ideologi Pancasila meskipun berada diluar negeri telah saya pelajari di lingkup Parahikma”.

“Pak rektor senantiasa mengingatkan bahwa apapun perbedaan kita (ras, suku, agama, status sosial, dll.) dengan yang lain dan dimanapun kita berada, kita semua tetap terikat oleh (wisdom) atau hikmah, dimana kita mencontoh akhlaq nabi untuk terus berbuat baik sebagai mukmin baik itu dalam bersosialisasi dengan sesama manusia secara horizontal dan patuh secara vertikal pada Tuhan, the only One God. Atmosfir relijius dan profesionalisme pendidikan yang saya peroleh di IPI, sangat membantu saya sampai ke titik ini” ungkapnya.

(Penulis: A.F.R.)

Author

2 Comments on “Perjalanan Mahasiswa IPI di Amerika Serikat dalam Program Student Exchange”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen + 15 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.