Guna Meminimalisir Hoax dan Hatespeech, UP Project Helat Seminar

Guna Meminimalisir Hoax dan Hatespeech, UP Project Helat Seminar

Setelah dilaksanakannya Seminar oleh Unity of Peacemaker (UP) Project di Bone beberapa waktu silam, direksi (mayoritas adalah mahasiswa/i IPI) yang dipimpin oleh  alumnus the Study of the United States Institutes institutes (SUSI) melanjutkan event nya dengan tujuan sama, yakni meminimalisir berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hatespeech) di wilayah Makassar-Gowa.

Kegiatan ini juga disponsori oleh Department of United States, Meridian International Center, dan Consulate General US yang berada di Surabaya. Kurang lebih 60 peserta yang menyempatkan diri hadir di acara pada akhir pekan (08/03/2020) di Kampus 1 Institut Parahikma Indonesia (IPI).

Mereka berasal dari kalangan umum, serta mahasiswa UNHAS, UIN, UNM, IPI, dan kampus swasta lainnya. Selain mendapatkan materi dari pemantik Seminar, mereka juga mendapatkan sertifikat, snack, dan bagi yang bertanya dan beruntung mendapatkan doorprize dari penyelenggara.

Dalam sambutannya selaku penanggung jawab program ini, Mursyidin Yusuf menyampaikan bahwa program ini dihelat sebagai bentuk fol-up dari misinya terkait Religion and Pluralism Issue pada saat dia mewakili Indonesia dalam SUSI Student Exchange tahun lalu.

“Setelah menjalankan rangkaian program selama di Amerika waktu itu, seluruh alumni dari kegiatan tersebut diminta untuk melaksanakan kegiatan yang ada kaitannya dengan isu perdamaian di negara masing-masing. Olehnya itu, saya dan tim direksi aktif menyuarakan perdamaian dalam berbagai bentuk kegiatan semacam ini,” pungkasnya.

Setelah acara ini resmi dibuka oleh Warek III, lalu selaku Moderator, Arez Parawangsa  yang  aktif sebagai Agent of Peace Makassar, Peace Generation ID mengatur jalannya Seminar dengan penuh antusias. Dia memperkenalkan Therry Alghifary selaku Direktur Bhinneka Tunggal Ika yang berlokasi di Ruko Pettarani Center. Sementara pemateri lainnya adalah Aminah sebagai aktivis Fatayat NU Makassar dan Kebangkitan Pemuda Nusantara (KPN).

Pada pemaparannya di Seminar bertajuk “Minimizing Hoax and Hatespeech” ini, pemateri yang akrab disapa Terry menjelaskan bahwa maraknya hoax and hatespeech dewasa ini dikarenakan pengalaman, pergaulan, dan salah persepsi dalam memahami sesuatu.

Dengan mengemukakan beberapa contoh konflik yang terjadi disebabkan oleh berita atau informasi bohong yang dicerna tanpa ditelusuri sumbernya. Adanya tawuran, demonstrasi, pertikaian, terorisme, serta perilaku ekstrimisme didasari oleh penyebaran hoax serta ujaran kebencian antar individu, antar kelompok, dsb.

“Untuk menangkal ujaran kebencian serta info bohong yang terpenting bukan saja mencari sumber yang benar, tapi lebih pada mengedepankan empati. Jika kita memiliki empati, maka kita tidak mudah terpancing isu yang tidak benar dan bisa menempatkan diri kita di posisi korban”, tandasnya sambil sesekali memutar video terkait materi yang disampaikan.

Selain itu, Aminah menyampaikan pula beberapa jenis hoax yang tersebar di media sosial, buku bacaan, ceramah atau orasi, dan pseudo event yang mempengaruhi geopolitik secara global. Dalam analisisnya, dia menjelaskan bahwa dibalik hoax dan hatespeech ini, ideologi yang paling dominan bermain adalah postmodernisme.

Di sela penjelasannya, dia memperlihatkan contoh ceramah yang sarat dengan isu hoax serta radikalisme. Forum pun tercengang menyaksikannya, karena ustaz yang mustinya menyatukan ummat dan menjadi agen perdamaian, justru menyampaikan bahwa ummat islam sebagai rahmatan lil ‘alamin yang dimaksud adalah dengan menjadi teroris. Ironisnya, Surah AL-Anfal ayat: 60 yang dijadikan sumber patokan.

Beliau pun menambahkan, “Ada beberapa tokoh postmo yang mengutarakan pendapatnya mengenai postmodernisme ini diantaranya adalah Michael Foucoult, Anthony Giddens, Jacques Derrida, dan Jean Baudillard. Pada era postmo yang didominasi kaum millennial ini, gejala post truth paling dominan terjadi dimana emosi lebih mendominasi mengalahkan rasionalitas. Pembentukan citra, distorsi data atau informasi, diolah sedemikian rupa hingga muncul dominasi hiperrealitas dan hipersemiotika“.

“Kedua hal tersebut sama-sama cenderung menyampaikan kebohongan yang berulang sehingga dijadikan kebenaran dan menjadikan kepalsuan, kedangkalan makna, serta permainan sebagai spirit utama. Sedangkan kebenaran dan metafisika dianggap sebagai penghambat kreativitas,” jelas Aminah yang juga berkiprah selaku dosen di IPI ini.

Kedua pemateri tersebut, sama-sama menganjurkan fact checking (mencari orisinalitas atau sumber informasi yang benar sesuai fakta) sebelum meyakini kebenaran informasi atau berita. Berpikir kritis dan logis terhadap informasi yang diterima lalu dicerna, dan bersikap terbuka pada adanya perbedaan agar perdamaian senantiasa tercipta di sekitar kita.

Seluruh civitas akademika serta mahasiswa IPI selalu ditekankan untuk lebih mengedepankan persatuan dan perdamaian di lingkup IPI dan masyarakat. Melalui wiridan terkait wisdom, inner capacity dalam membina character building selalu dijalankan guna meminimalisir konflik, hoax, dan pertikaian satu sama lain.

Penulis: Hafiz (UKM JPC)

Grand Final Pemilihan Putra Putri IPI Periode 2019/2020

Grand Final Pemilihan Putra Putri IPI Periode 2019/2020

Gowa, 18 September 2019 bertempat di kampus Institut Parahikma Indonesia (IPI) tepatnya di gedung aula bangunan baru, telah berlansung pemilihan putra putri IPI periode 2019/2020 dimana kegiatan ini dihadiri oleh beberapa mahasiswa dosen dan staff kampus IPI.

Acara tersebut berlangsung sangat meriah dan mendapatkan apresiasi utamanya dari pihak civitas akademika kampus IPI. Adapun yang menjadi pelaksana dalam acara tersebut yakni pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) IPI.

Gran Final ini adalah acara lanjutan seleksi pemilihan putra putri IPI yang diadakan di bulan ramadhan. Namun karena satu dan lain hal, maka Grand Finalnya baru bisa diadakan bulan ini. Pemilihan putra-putri IPI ini bertujuan untuk mencari icon kampus yang mampu menjadi duta mahasiswa IPI dalam segala bentuk event yang diadakan oleh IPI nantinya. Mereka juga diharapkan berkontribusi besar terhadap nama baik almamater, memperkenalkan seluk beluk IPI, berkecimpung dalam rana akademis dan kemasyarakatan, utamanya ketika mereka diutus untuk menghadiri acara yang ada di luar institut.

Finalis yang mengikuti ajang pemilihan ini adalah mereka yang memiliki kompetensi atau bakat dalam hal tertentu dan memiliki dedikasi untuk menjadi teladan bagi yang lain baik di dalam dan di luar kampus. Dari berbagai seleksi ketat, maka di acara grand final ini muncul beberapa finalis yang memperebutkan gelar putera putri IPI Periode 2019/2020. Setelah sesi unjuk bakat, menjawab pertanyaan juri, dan menyanyikan lagu mars IPI bersama, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, yakni pengumuman pemeang ajang pemilihan puera puteri ini. Adapun yang menjadi finalis dalan acara tersebut ada 4 dari berbagai Prodi diantaranya:

1. Irfan arfandi berasal dari pendidikan agama islam internasional dengan bakatnya sebagai seorang motivator dan meruapakan satu- satunya finalis putra dalam ajang pemilihan tersebut

2. Andi cahyatri Nurhazanah berasal dari jurusan ekonomi syariah dengan bakat yang di tampilkan adalah menyanyi.

3. Nurlinda bt suardi berasal dari jurusan manajemen pendidikan islam dengan bakat yang di tampilkan menari dan menyanyi.

4. Hilya fitriani berasal dari jurusan ekonomi syariah dengan bakat yang di tampilkan adalah puisi.

Dan hasil keputusan dari dewan juri setelah semuanya tampil maka yang berhak menjadi pemenang putra dan putri IPI periode 2019/2020 atas nama Irfan arfandi dan Hilya fitriani. Sementara yang menjadi runner up 1 atas nama Andi cahyatri nurhazanah dan runner up 2 atas nama Nurlinda bte suardi

Semoga putra dan putri IPI yang terpilih bisa menjadi suri teladan yang baik bagi seluruh mahasiswa yang ada di kampus IPI utamanya dalam hal perilaku, tatakrama, sopan santun dan pandai menanggapi segala situasi dan kondisi secara bijak dengan wawasan yang luas.

Tetap semangat kepada putra – putri IPI semoga bisa mengaharumkan dan menjadi kebanggan bersama di kampus kita tercinta Institut Parahikma Indonesia.

Penulis: Emi sri rahayu fatimah

Mengasah Bakat dan Wawasan Seni melalui Festival Tari Mahasiswa Tingkat Nasional

Mengasah Bakat dan Wawasan Seni melalui Festival Tari Mahasiswa Tingkat Nasional

variasi 5 again

Kegiatan bertajuk seni nan bergengsi dan bertaraf Nasional ini disebut Festival Tari Mahasiswa Nasional yang ke 5 (VARIASI 5), yang diadakan minimal setahun sekali dan maksimal 2 tahun sekali.  Variasi 5 ini dihelat terakhir kalinya di Universitas Jember dan berdasarkan hasil musyawarah  selanjutnya menetapkan bahwa variasi 5 kali ini dilaksanakan di UKM seni budaya Talas UNISMUH.

Event  ini adalah ajang memperlihatkan kompetensi khususnya di bidang seni serta wadah untuk mempererat tali silaturahim antar sesama pekerja seni kampus se-Indonesia. Adapun tema kegiatan Variasi 5 yaitu “Nusatari” atau Nusantara Menari dan dilaksanakan lebih dari seminggu yakni mulai pada tanggal 7 – 15  April 2019.

Ada berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu karnaval yang bisa kita temukan  di pantai losari, pergelaran tari nusantara di UNISMUH,  Gala dinner bersama gubernur Sulsel di rumah jabatan Sulsel, pementasan tari kontemporer oleh setiap kontingen, talk show atau dialog seni dan budaya setiap sore,  eksplorasi budaya dari setiap kontingan,  workshop yang terbagi tiga yaitu workshop koreografi,  wardrobe/make-up,  dan musik tradisi nusantara. Selain itu adapula kunjungan wisata di tempat bersejarah,  dan tak kalah menariknya adalah malam penganugrahan di Malino.

Peserta yang turut serta dalam kegiatan ini terdiri dari dua jenis yakni peserta lomba dan delegasi. Peserta lomba adalah 20 lembaga kampus se-Indonesia yg telah dinyatakan lolos kurasi dan telah memenuhi persyaratan.  Sementara itu, peserta delegasi adalah peserta perwakilan lembaga kampus yg tidak ikut lomba dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan juga oleh panitia.

Gustri Wahyuni, mahasiswi Tadris Bahasa Inggris IPI yang juga aktivis UKM Seni Aljazeerah IPI ikut terlibat dalam event ini selaku kordinator tari. “Saya ajak teman-teman yang lain tapi kurang tertarik karena kegiatan ini berbayar dengan registrasi sebesar 250K.  Jadi mau tidak mau saya sendiri mendaftar karena bagi saya ini sekaligus sebagai ajang pengenalan UKM baru di Makassar, khususnya dari kampusku”, tuturnya. “Kegiatannya dimulai jam 10, jadi saya izin pagi ikut kuliah,  nanti setelah kuliah saya kembali ke lokasi dan menginap disitu. Jadi kuliah dan aktivitas ekstra kampus tetap sejalan” , tambahnya.

variasi 5

Gustri, yang juga dipercaya sebagai wakil ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Kampus IPI ini  ingin ikut tampil sebagai peserta lomba, namun ternyata pementasan hanya diperuntukkan bagi yang lulus kurasi tahun 2018. Sedangkan UKM Al-jazeera IPI baru dibentuk 5 bulan,  jadi belum sempat ikut kurasi pementasan.

Setelah lolos kurasi, hanya ada 16 UKM seni se-Indonesia yang dinyatakan layal ikut pentas dan yang lainnya hanya sebagai delegasi. “Saya sangat senang mengikuti kegiatan semacam ini, karena bisa menambah ilmu, pengalaman, kerabat dalam bidang seni, dan turut serta menjadi agen budaya yang memperkenalkan cirikhas daerah masing-masing, dan masih banyak lagi. Pokoknya tidak rugi alias beruntung banget deh ikut kegiatan ini”, kesannya setelah mengikuti kegiatan tersebut.

 

Penulis: Asri Wahyuni Ningsih (UKM JPC)

Talkshow Strategi Peroleh Beasiswa dari “5 BENUA” di IPI

Talkshow Strategi Peroleh Beasiswa dari “5 BENUA” di IPI

5 benua 2

Pemateri beasiwa 5 benua (ki-ka): Suharli, Nadhil, Nurwahida, Takwin, dan Ardilla

Melanjutkan studi keluar negeri merupakan impian besar para penuntut ilmu di Indonesia, selain untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, studi keluar negeri dengan lolos beasiswa merupakan kebanggaan yang amat berarti bagi seorang pelajar. Namun, seringkali para pelajar kebingungan untuk mendapatkan informasi dan tips agar bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri.

Oleh karena itu, Dewan Mahasiswa (DEMA) Instut Parahikma Indonesia menyelenggarakan, Talkshow Scholarship Sharing  “5 Benua” dan TOEFL try out ini dihelat di kampus I Institut Parahikma Indonesia, Jl. Mustafa Dg bunga, Paccinongan, Gowa pada tanggal 3 April 2019. Proker ini adalah program perdana pengurus DEMA yang baru terpilih, di bawah kepemimpinan Ahmad Rizaldy dan wakilnya Gustri Wahyuni.

Talkshow ini sukses menghadirkan para alumni luar negeri dari lima benua di dunia yakni Amerika, Eropa, Asia, Australia, dan Afrika. Mereka adalah para penerima beasiswa-beasiswa terbaik, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka menceritakan perjuangan dan kiat-kiat masing-masing dalam proses mendapatkan beasiswa ke negara impiannya. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa IPI, UIN Alauddin, UNHAS, UNM,  dan STAI Al Azhar yang kesemuanya berjumlah kurang lebih 130 peserta.

Ada dua kunci untuk mendapatkan beasiswa. Ahmad Ardillah Rahman, S.Pd., M.Ed., dosen Manajemen Pendidikan Islam IPI, merupakan peraih beasiswa LPDP di Monash University Australia menyebutkan, “ kunci untuk study abroad ada dua, yang pertama mendaftar, dan yang kedua perbaiki bahasa inggris anda”, ungkapnya. “Perbaiki bahasa inggris disini tidak hanya memperbaiki kemampuan berbahasa secara verbal, tetapi juga secara akademik dengan mencapai nilai standar pada test TOEFL ataupun IELTS”, tambahnya. Hal yang menginspirasi adalah setelah 18 kali daftar beasiswa apapun, yang ke-19 kalinya dia akhirnya peroleh beasiswa LPDP dengan bekal usaha, doa, dan optimis.

5 benua 3

Pemateri kedua yang tak kalah kerennya adalah Wakil rektor II Institut Parahikma Indonesia yang juga dosen Tadris Bahasa Inggris, Nurwahida, S.Pd. M.A. TESOL adalah penerima beasiswa Fullbright yang menyelesaikan studinya di Saint Michael’s College Amerika. Ia berkisah bahwa meskipun dari kampung Sinjai, pertama kalinya naik pesawat langsung ke Amerika. Salah satu beasiswa bergengsi di dunia ini mengharuskan kandidatnya untuk mengikuti IBT TOEFL tes dahulu.

Selanjutnya adalah penerima beasiswa ASEAN yang melanjutkan studi S2 nya di Naresuan University di Thailand, Muhammad Takwin Machmud, S.Pd., M.Ed. “Sebaiknya kita pernah menulis jurnal sebelum mendaftar beasiswa dan ambil jurusan yang sesuai dengan kemampuan kita, bukan asal pilih untuk dibilang keren”, ujarnya.

Pemaparan berikutnya dibawakan oleh Ahmad Nadhil Edar, St., M.Sc, lulusan Arsitek UNHAS ini memperoleh beasiswa LPDP di Politecnico University di Milano, benua Eropa. “Pertama kali saya disana, saya tidak tau bahasa Italia, jadi dia menggunakan google translate. Tapi setelah lama beradaptasi pada akhirnya saya bisa berbahasa Italia yang logatnya ternyata tidak jauh beda dengan logat Makassar”, papar putra kelahiran Ujung Pandang ini.

Setelah keempat pemateri tersebut, tibalah saatnya pemaparan penerima beasiswa dari Benua Afrika, yakni pak Suharli, salah satu dosen Ekonomi Syari’ah di IPI,  yang juga mendapatkan beasiswanya untuk melanjutkan studi masternya di Tunisia dengan bekal hafalan 30 juz. Hari itu ternyata bertepatan dengan hari kelahiran beliau. Rasa bahagia serta haru ia ungkapkan melalui kata indah untuk seluruh peserta yang hadir agar terus menjemput kesuksesan dan memotivasi agar IPI bisa menjadi kampus yang lebih baik lagi dan bisa bersaing dengan kampus lain.

Setelah mendengarkan pengalaman dan tips-tips yang menginspirasi dari semua pemateri. Para peserta melanjutkan kegiatan dengan, TOEFL try out. Tryout ini bertujuan sebagai media fasilitas seminar untuk mengukur kemampuan para peserta yang ingin mengetahui sampai mana kecakapan mereka dalam mengahadapi test bahasa inggris ini.

5 benua 4

Pada kesempatan ini, moderator, Aminah, menyampaikan bahwa IPI telah menerapkan Blended Learning seperti yang diterapkan di Monash University. Selain itu, ia mengumumkan bahwa IPI menggratiskan biaya kuliah bagi penghafal 30 juz dan sebelum menutup ia mengundang para peserta untuk hadir pada acara IELTS workshop yang akan diadakan oleh IPI bekerjasama dengan idp Makassar pada tanggal 14 April mendatang di IPI. Dengan diselenggarakannya acara ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan semangat para peserta untuk melanjutkan studinya keluar negeri dan tak pernah putus asa untuk terus mencoba mendaftar beasiswa sampai berhasil.

 

Penulis: Rahmat Fauzan (UKM JPC)

Editor: Amhy Faerob