oleh azhar | Des 9, 2018 | Berita, Pengumuman

Berdasarkan surat edaran dari KEMENAG RI, surat pemberitahuan UIN Alauddin Makassar mengenai perizinan bagi Prof Dr Azhar Arsyad.,MA selaku rektor Institut Parahikma Indonesia (IPI) Gowa, serta SK Yayasan maka beliau dilantik selaku rektor dengan masa jabatan 2018-2023 di Makassar, Jl. Tamangapa raya, Gedung serbaguna Al-mubarakah dan Kapus 2 IPI, Kamis (6/12/2018).
Bapak Prof Dr Azhar Arsyad.,MA merupakan Dewan guru besar di UIN Alauddin Makassar sekaligus mantan rektor UIN Alauddin Makassar selama dua periode. Di masa kepemimpinannya, beliau berhasil mengubah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin menjadi UIN Alauddin, dan beliau ini juga merupakan pembina utama golongan (4/e).
Dewan guru besar UIN Alauddin Makassar itu dilantik sebagai rektor dengan periode 2018-2023 dengan dibacakannya SK oleh Aminah yang juga dosen di IPI, lalu diambil sumpahnya oleh Ibu ketua pembina yayasan Institut Parahikma Indonesia, yakni Ibu Hajja Hikmah Mahmuda. Pelantikan tersebut disaksikan bersama oleh Dr. Abd. Muis Said, M,Ed. TESOL beserta jajaran dosen, staf, dan seluruh mahasiswa/i Institut Parahikma Indonesia.

“Saya tidak akan berhasil membangun IPI tanpa ada dukungan dari kalian dalam hal ini kepada para mahasiswa-mahasiswi dan para dosen dan staf di Institut Parahikma Indonesia” ujar Prof. Azhar dalam sambutannya. Selain itu, beliau juga mengisahkan perjuangannya di saat menjabat sebagai rektor UINAM yang tidak terlalu didukung awalnya bahkan disepelekan, namun pada akhirnya cibiran itu berubah menjadi tepuk tangan. Seluruh civitas akademika berharap dengan kepemimpinan beliau, nantinya IPI akan maju dan mencetak alumni yang berperadaban, cerdas, dan terampil.
Penulis: SUMARNI (UKM JPC)
oleh azhar | Jul 6, 2018 | Berita, Pengumuman
Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia membutuhkan visioner sejati yang bergerak menegakkan perdamaian, toleransi, di tengah masyarakat multikultural. Mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan) and social control (kontrol sosial) memiliki peran penting dalam mengemban tugas ini.
Di tengah hingar bingarnya isu radikalisme dan intoleransi, generasi muda menjadi target utamanya dengan misi kehancuran masyarakat. Menanggapi wacana ini, di hari Kamis, tanggal 5 Juli 2018, Institut Parahikma Indonesia (IPI) kedatangan tamu yakni Kepala Profesi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Kementrian Agama di Jakarta, M.Adib Abdushomad, M.Ed.,Ph.D. Kunjungan beliau bertujuan untuk menjadi Pembicara Seminar Nasional bertajuk “Strengthening Institutional Capacity and Future Challenge of Islamic Higher Education”.
Meskipun masih dalam suasana liburan, civitas akademika serta para mahasiswa/i IPI tetap antusias menghadiri seminar ini. Dalam seminar tersebut, Pembina yayasan Parahikma, Prof. Azhar Arsyad mengemukakan 3 pilar kampus ini, yakni Ilmu Hikmah (penanaman spritualisme dari Qur’an dan hadits), Bahasa Inggris dan ICT (sebagai bekal profesionalisme di dunia kerja). Fasilitas kampus yang dilengkapi free wifi 24 jam, perpustakaan, musholla, aula, dan asrama, membuat para mahasiswa/i dengan mudah mengakses segala informasi, sholat berjama’ah dan melakukan aktivitas akademis demi menunjang kualifikasi tiap individu.

Pemateri, Pak Adib menyatakan kesannya mengenai IPI,”I’m feeling at home, kampus ini punya komitmen pada peningkatan intelektual dan spiritual. Parahikma juga sudah selesai dengan urusan dunia, dan visinya sudah berada on the right track”. Hal ini tentu saja bukan sekedar argumentasi tanpa alasan. Visi IPI sejalan dengan visi Kementrian agama dalam menyikapi gerakan takfiri yang mengancam NKRI, IPI telah menjadi solusi kebangsaan bahkan duta Islam di dunia.
Beliau juga memotivasi para mahasiswa/i serta dosen untuk merapatkan barisan, melalui diskusi keilmuan, dan menjadikan teknologi untuk mengcounter isu-isu yang memecah belah persatuan di Indonesia. Dengan memviralkan kebencian, fitnah, dan hoax, mereka (kaum radikalis) beranggapan bahwa itu jalan pintas menuju surga. Ini adalah tangung jawab bersama. Menurutnya, ada beberapa tokoh Islam moderat yang menjunjung perdamaian di negeri ini, dihujat secara membabi buta baik melalui forum diskusi maupun teknologi, seperti youtube. Dahulu, para tokoh seperti mereka ini beserta pendukungnya memilih diam. Namun sekarang ini, kita harus lebih offensive demi kokohnya perdamaian dan persatuan, tambahnya.
IPI adalah kampus yang menunjukkan visi misi Islam secara universal. Karna selain penanaman ilmu pengetahuan umum sebagai bentuk profesionalisme diri, insitusi ini juga mengaktualisasikan nilai-nilai religius dalam kesehariannya. Urusan dunia dan akhirat musti seimbang dan ditanamkan sejak mengenyam dunia akademisi, agar setelah menjadi alumni nanti, generasi muda khususnya dari kampus ini mampu menjadi pelopor Rahmatan lil’alamin bagi masyarakat Indonesia.
Oleh: amhy faezarobbani
oleh azhar | Mei 26, 2018 | Berita, Pengumuman

Menjaga hubungan persaudaraan adalah kewajiban setiap individu. Hidup dengan musuh yang menghantui rasanya pasti tidak enak. Maka untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya kita jaga tali silaturahmi.
Pendiri Institut Parahikma Indonesia Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A. menghadiri sebuah acara Ramadhan di pondok pesantren Darul Istiqamah, Maccopa Maros. Beliau diberi kepercayaan menjadi pengisi acara pada semarak Ramadhan tersebut, Kamis (24 Mei 2018)
Pada acara Ramadhan untuk Tazkiyyatun Nafs dengan tema “Ramadhan terbaik, ilmu terbaik, iman terbaik, amal terbaik “ tersebut, Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA membuka tausiyahnya dengan membacakan surah al-Hajj ayat 46 yang berisikan tentang pentingnya hati yang berada di dalam hati. Beliau juga mengatakan bahwa bukan otak yang berpikir tetapi hati.

“Saya senang berada disini karena disini banyak hafidz. Kalian masih muda sebagai generasi penerus,” ucapnya setelah mengakhiri penjelasan dari surah al-Hajj tadi. Selain siraman rohani dengan pendekatan ilmu hikmah, beliau juga menghimbau kepada hadirin/hadirat yang hadir (terutama santri) akan pentingnya bahasa sebagai alat, baik itu bahasa Arab ataupun bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.
Orang barat menganggap bahasa Arab itu sebagai classical language karena ia adalah bahasa yang lebih dulu hadir daripada bahasa mereka. “Kalian tahu tidak? Kenapa Amerika mengganggap Islam itu teroris? Itu karena salah umat Islam sendiri. Agama kita dikenal dengan agama damai tapi pertengkaran masih sering terjadi di kalangan Islam sendiri. Jadi itulah penyebabnya sebenarnya, yang jarang orang tahu,” terangnya.
Rektor UIN Alauddin selama 2 periode tahun 2002-2010 juga menceritakan pengalamannya ketika memberikan kuliah di Tokyo, Jepang beberapa waktu lalu. Disana beliau berbicara bukan atas nama Islam, tapi pandangan. “Saat itu saya berbicara karena pandangan bukan atas nama agama, sehingga banyak non-muslim yang bisa menerima penjelasan saya.”
Mendengar banyak pernyataan mengenai bahasa Inggris itu bahasa munafik, atau bahasa kafir, beliau membantah. Di hadapan masyarakat dan santri, beliau menegaskan bahwa bahasa Inggris bukan bahasa kafir. Al-Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab karena memang turun di Arab. Seandainya turun di Inggris, maka akan berbahasa Inggris. Jadi kita jangan salah kaprah.
Selain itu, fenomena yang heboh saat ini adalah bom bunuh diri yang telah terjadi di beberapa titik di Indonesia, khususnya Jawa. Dengan memberikan sentuhan kedamaian dan hikmah, Prof Azhar memberikan tanggapanya kepada seluruh hadirin, “Kalau melihat fenomena bom bunuh diri yang marak terjadi, walaupun diketahui pelakunya adalah orang Islam, mereka itu sebenarnya bukan Islam yang sebenarnya karena melanggar ayat man qatala nafsan fakaannama qatalan nasa jami’an”.
Setelah memberikan siraman ruhani kepada warga Darul Istiqamah, pimpinan pondok pesantren tersebut sangat bangga dan senang dengan kedatangan Prof Azhar setelah 10 tahun tak pernah berkunjung. “Kita pasti tertarik dengan penjelasan beliau tadi. Perlu diketahui bahwa beliau ini adalah tamatan Gontor. Jadi bahasa Arabnya tidak diragukan lagi. UIN Alauddin menjadi bukti perjuangan beliau. Luar biasa, “ tutur Dr. Mudzakkir M. Arif, Lc., MA.
Ditulis Oleh Musyidin Yusuf
Komentar Terbaru