oleh aminahfaerob | Mar 15, 2020 | Artikel, Berita, Pengumuman
Setelah dilaksanakannya Seminar oleh
Unity of Peacemaker (UP) Project di Bone beberapa waktu silam, direksi (mayoritas
adalah mahasiswa/i IPI) yang dipimpin oleh
alumnus the Study of the United States Institutes institutes (SUSI)
melanjutkan event nya dengan tujuan sama, yakni meminimalisir berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hatespeech) di wilayah Makassar-Gowa.
Kegiatan ini juga disponsori oleh Department of United States, Meridian International Center, dan Consulate General US yang berada di Surabaya. Kurang lebih 60 peserta yang menyempatkan diri hadir di acara pada akhir pekan (08/03/2020) di Kampus 1 Institut Parahikma Indonesia (IPI).
Mereka berasal dari kalangan umum, serta mahasiswa UNHAS, UIN, UNM, IPI, dan kampus swasta lainnya. Selain mendapatkan materi dari pemantik Seminar, mereka juga mendapatkan sertifikat, snack, dan bagi yang bertanya dan beruntung mendapatkan doorprize dari penyelenggara.
Dalam sambutannya selaku penanggung jawab program ini, Mursyidin Yusuf menyampaikan bahwa program ini dihelat sebagai bentuk fol-up dari misinya terkait Religion and Pluralism Issue pada saat dia mewakili Indonesia dalam SUSI Student Exchange tahun lalu.
“Setelah menjalankan rangkaian program selama di Amerika waktu itu, seluruh alumni dari kegiatan tersebut diminta untuk melaksanakan kegiatan yang ada kaitannya dengan isu perdamaian di negara masing-masing. Olehnya itu, saya dan tim direksi aktif menyuarakan perdamaian dalam berbagai bentuk kegiatan semacam ini,” pungkasnya.
Setelah acara ini resmi dibuka
oleh Warek III, lalu selaku Moderator, Arez Parawangsa yang aktif sebagai Agent of Peace Makassar, Peace
Generation ID mengatur jalannya Seminar dengan penuh antusias. Dia
memperkenalkan Therry Alghifary selaku Direktur Bhinneka Tunggal Ika yang
berlokasi di Ruko Pettarani Center. Sementara pemateri lainnya adalah Aminah
sebagai aktivis Fatayat NU Makassar dan Kebangkitan Pemuda Nusantara (KPN).
Pada pemaparannya di Seminar bertajuk “Minimizing Hoax and Hatespeech” ini, pemateri yang akrab disapa Terry menjelaskan bahwa maraknya hoax and hatespeech dewasa ini dikarenakan pengalaman, pergaulan, dan salah persepsi dalam memahami sesuatu.
Dengan mengemukakan beberapa contoh konflik yang terjadi disebabkan oleh berita atau informasi bohong yang dicerna tanpa ditelusuri sumbernya. Adanya tawuran, demonstrasi, pertikaian, terorisme, serta perilaku ekstrimisme didasari oleh penyebaran hoax serta ujaran kebencian antar individu, antar kelompok, dsb.
“Untuk menangkal ujaran kebencian
serta info bohong yang terpenting bukan saja mencari sumber yang benar, tapi
lebih pada mengedepankan empati. Jika kita memiliki empati, maka kita tidak
mudah terpancing isu yang tidak benar dan bisa menempatkan diri kita di posisi
korban”, tandasnya sambil sesekali memutar video terkait materi yang
disampaikan.
Selain itu, Aminah menyampaikan pula beberapa jenis hoax yang tersebar di media sosial, buku bacaan, ceramah atau orasi, dan pseudo event yang mempengaruhi geopolitik secara global. Dalam analisisnya, dia menjelaskan bahwa dibalik hoax dan hatespeech ini, ideologi yang paling dominan bermain adalah postmodernisme.
Di sela penjelasannya, dia memperlihatkan contoh ceramah yang sarat dengan isu hoax serta radikalisme. Forum pun tercengang menyaksikannya, karena ustaz yang mustinya menyatukan ummat dan menjadi agen perdamaian, justru menyampaikan bahwa ummat islam sebagai rahmatan lil ‘alamin yang dimaksud adalah dengan menjadi teroris. Ironisnya, Surah AL-Anfal ayat: 60 yang dijadikan sumber patokan.
Beliau pun menambahkan, “Ada beberapa tokoh postmo yang mengutarakan pendapatnya mengenai postmodernisme ini diantaranya adalah Michael Foucoult, Anthony Giddens, Jacques Derrida, dan Jean Baudillard. Pada era postmo yang didominasi kaum millennial ini, gejala post truth paling dominan terjadi dimana emosi lebih mendominasi mengalahkan rasionalitas. Pembentukan citra, distorsi data atau informasi, diolah sedemikian rupa hingga muncul dominasi hiperrealitas dan hipersemiotika“.
“Kedua hal tersebut sama-sama cenderung menyampaikan kebohongan yang berulang sehingga dijadikan kebenaran dan menjadikan kepalsuan, kedangkalan makna, serta permainan sebagai spirit utama. Sedangkan kebenaran dan metafisika dianggap sebagai penghambat kreativitas,” jelas Aminah yang juga berkiprah selaku dosen di IPI ini.
Kedua pemateri tersebut,
sama-sama menganjurkan fact checking (mencari
orisinalitas atau sumber informasi yang benar sesuai fakta) sebelum meyakini
kebenaran informasi atau berita. Berpikir kritis dan logis terhadap informasi
yang diterima lalu dicerna, dan bersikap terbuka pada adanya perbedaan agar
perdamaian senantiasa tercipta di sekitar kita.
Seluruh civitas akademika serta mahasiswa
IPI selalu ditekankan untuk lebih mengedepankan persatuan dan perdamaian di
lingkup IPI dan masyarakat. Melalui wiridan terkait wisdom, inner capacity dalam membina character building selalu dijalankan guna meminimalisir konflik, hoax, dan pertikaian satu sama lain.
Penulis: Hafiz (UKM JPC)
oleh aminahfaerob | Apr 4, 2019 | Artikel, Berita, Pengumuman

Pemateri beasiwa 5 benua (ki-ka): Suharli, Nadhil, Nurwahida, Takwin, dan Ardilla
Melanjutkan studi keluar negeri merupakan impian besar para penuntut ilmu di Indonesia, selain untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, studi keluar negeri dengan lolos beasiswa merupakan kebanggaan yang amat berarti bagi seorang pelajar. Namun, seringkali para pelajar kebingungan untuk mendapatkan informasi dan tips agar bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri.
Oleh karena itu, Dewan Mahasiswa (DEMA) Instut Parahikma Indonesia menyelenggarakan, Talkshow Scholarship Sharing “5 Benua” dan TOEFL try out ini dihelat di kampus I Institut Parahikma Indonesia, Jl. Mustafa Dg bunga, Paccinongan, Gowa pada tanggal 3 April 2019. Proker ini adalah program perdana pengurus DEMA yang baru terpilih, di bawah kepemimpinan Ahmad Rizaldy dan wakilnya Gustri Wahyuni.
Talkshow ini sukses menghadirkan para alumni luar negeri dari lima benua di dunia yakni Amerika, Eropa, Asia, Australia, dan Afrika. Mereka adalah para penerima beasiswa-beasiswa terbaik, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka menceritakan perjuangan dan kiat-kiat masing-masing dalam proses mendapatkan beasiswa ke negara impiannya. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa IPI, UIN Alauddin, UNHAS, UNM, dan STAI Al Azhar yang kesemuanya berjumlah kurang lebih 130 peserta.
Ada dua kunci untuk mendapatkan beasiswa. Ahmad Ardillah Rahman, S.Pd., M.Ed., dosen Manajemen Pendidikan Islam IPI, merupakan peraih beasiswa LPDP di Monash University Australia menyebutkan, “ kunci untuk study abroad ada dua, yang pertama mendaftar, dan yang kedua perbaiki bahasa inggris anda”, ungkapnya. “Perbaiki bahasa inggris disini tidak hanya memperbaiki kemampuan berbahasa secara verbal, tetapi juga secara akademik dengan mencapai nilai standar pada test TOEFL ataupun IELTS”, tambahnya. Hal yang menginspirasi adalah setelah 18 kali daftar beasiswa apapun, yang ke-19 kalinya dia akhirnya peroleh beasiswa LPDP dengan bekal usaha, doa, dan optimis.

Pemateri kedua yang tak kalah kerennya adalah Wakil rektor II Institut Parahikma Indonesia yang juga dosen Tadris Bahasa Inggris, Nurwahida, S.Pd. M.A. TESOL adalah penerima beasiswa Fullbright yang menyelesaikan studinya di Saint Michael’s College Amerika. Ia berkisah bahwa meskipun dari kampung Sinjai, pertama kalinya naik pesawat langsung ke Amerika. Salah satu beasiswa bergengsi di dunia ini mengharuskan kandidatnya untuk mengikuti IBT TOEFL tes dahulu.
Selanjutnya adalah penerima beasiswa ASEAN yang melanjutkan studi S2 nya di Naresuan University di Thailand, Muhammad Takwin Machmud, S.Pd., M.Ed. “Sebaiknya kita pernah menulis jurnal sebelum mendaftar beasiswa dan ambil jurusan yang sesuai dengan kemampuan kita, bukan asal pilih untuk dibilang keren”, ujarnya.
Pemaparan berikutnya dibawakan oleh Ahmad Nadhil Edar, St., M.Sc, lulusan Arsitek UNHAS ini memperoleh beasiswa LPDP di Politecnico University di Milano, benua Eropa. “Pertama kali saya disana, saya tidak tau bahasa Italia, jadi dia menggunakan google translate. Tapi setelah lama beradaptasi pada akhirnya saya bisa berbahasa Italia yang logatnya ternyata tidak jauh beda dengan logat Makassar”, papar putra kelahiran Ujung Pandang ini.
Setelah keempat pemateri tersebut, tibalah saatnya pemaparan penerima beasiswa dari Benua Afrika, yakni pak Suharli, salah satu dosen Ekonomi Syari’ah di IPI, yang juga mendapatkan beasiswanya untuk melanjutkan studi masternya di Tunisia dengan bekal hafalan 30 juz. Hari itu ternyata bertepatan dengan hari kelahiran beliau. Rasa bahagia serta haru ia ungkapkan melalui kata indah untuk seluruh peserta yang hadir agar terus menjemput kesuksesan dan memotivasi agar IPI bisa menjadi kampus yang lebih baik lagi dan bisa bersaing dengan kampus lain.
Setelah mendengarkan pengalaman dan tips-tips yang menginspirasi dari semua pemateri. Para peserta melanjutkan kegiatan dengan, TOEFL try out. Tryout ini bertujuan sebagai media fasilitas seminar untuk mengukur kemampuan para peserta yang ingin mengetahui sampai mana kecakapan mereka dalam mengahadapi test bahasa inggris ini.

Pada kesempatan ini, moderator, Aminah, menyampaikan bahwa IPI telah menerapkan Blended Learning seperti yang diterapkan di Monash University. Selain itu, ia mengumumkan bahwa IPI menggratiskan biaya kuliah bagi penghafal 30 juz dan sebelum menutup ia mengundang para peserta untuk hadir pada acara IELTS workshop yang akan diadakan oleh IPI bekerjasama dengan idp Makassar pada tanggal 14 April mendatang di IPI. Dengan diselenggarakannya acara ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan semangat para peserta untuk melanjutkan studinya keluar negeri dan tak pernah putus asa untuk terus mencoba mendaftar beasiswa sampai berhasil.
Penulis: Rahmat Fauzan (UKM JPC)
Editor: Amhy Faerob
oleh azhar | Des 10, 2018 | Berita, Pengumuman

Seminar kewirausahaan dalam event Kalla Goes To Campus Institut Parahikma Indonesia ini berlangsung pada hari Kamis, 6 Desember 2018. Kegiatan ini berlangsung di kampus 2 Institut Parahikma Indonesia dan dihadiri oleh pembina yayasan, rektor, beberapa civitas akademika dan seluruh mahasiswa/i Institut Parahikma Indonesia.
Pada seminar Kalla Group Goes To Campus Institut Parahikma Indonesia dengan tema “Membangun Kapasitas dan Kompetensi di Dunia Kuliah agar Siap Menghadapi Persaingan Masa Depan”, Koordinator Human Capital Kalla Group Syamril, S.T., M. Pd menjadi pembicara dan juga inspirator seluruh audiens.

Dalam sambutannya Rektor Institut Parahikma Indonesia, Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA., mengatakan usaha adalah satu-satunya jalan karena saya lahir dari usaha, sejak mahasiswa saya sudah memulai usaha berlian. Akhirnya saya berhasil dan membeli tanah dimana-mana termasuk rumah. Olehnya itu yang akan datang mari kita berwirausaha.
Panitia acara ini juga menampilkan video tentang perkembangan pesat yang dibuat oleh Kalla Group baik dalam sektor industri, pendidikan, otomotif, dll. Dalam salah satu scenenya, Jusuf Kalla selaku pemilik Kalla Group dimotivasi oleh orang tuanya untuk percaya diri dalam berwirausaha, bahkan awalnya JK hanya memiliki satu karyawan. Hal yang cukup inspiratif dari perjuangan JK adalah di saat dia harus mengubah mobil import dengan mempercayakan karyawan yang juga montir otomotif menjadi mobil yang bisa bersaing di pasaran.

Syamril, S.T., M. Pd. dalam pemaparan materinya membahas bahwa dalam berwirausaha persaingan sangat ketat, sehingga potensi penganguran bertambah. Kuncinya adalah meningkatkan daya saing. Sedangkan solusi untuk mengurangi pengangguran adalah membangun wirausaha muda. Untuk sukses dalam membangun wirausaha memiliki kunci, yakni Do’a, Usaha, Ilmu, dan Team Work yang disingkat DUIT, tambahnya.
Syamril juga mengisahkan perjalanan hidupnya yang sejak SD sudah berwirausaha dengan cara menjual kue, es lilin, dsb. Hal itu tak membuatnya minder, justru pengalaman itulah yang mengasah kepercayaan dirinya dan kemampuan berwirausaha. Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa tingginya angka pengangguran dan saat bersaing di dunia kerja tidak hanya dilihat dari prestasi akademik, melainkan juga pengalaman menjabat kepanitiaan, berorganisasi, dan juga sikap.
Kedepannya, Syamril yang juga kini menjabat sebagai Direktur Sekolah Islam Athirah membuka peluang pada mahasiswa/i IPI untuk melakukan PKL di sekolah tersebut atau di perusahaan yang dikelola oleh Kalla Group. Tentu saja hal ini disambut meriah dan hangat oleh peserta seminar, mengingat tahun depan mahasiswa/i IPI mulai KKN dan PKL. Kesemuanya akan dibuat secara resmi dengan diadakannya MoU antara Kalla Group dan IPI.
Penulis: Irfan (UKM JPC)
Komentar Terbaru